PBB Ungkap Kampanye Teror Junta Myanmar di Medsos, Perempuan Jadi Target
Para ahli mencatat bahwa perempuan sering menjadi sasaran "doxing", yakni praktik menyebarkan informasi pribadi seseorang tanpa seizin orang tersebut yang di antaranya menyebarluaskan nama dan alamat.
Pasukan junta kerap menyerukan kekerasan atau penangkapan kepada mereka yang menjadi sasaran "doxing".
Para perempuan yang menjadi sasaran "doxing" juga kerap dituduh melakukan hubungan seksual dengan laki-laki Muslim atau mendukung penduduk Muslim.
Ini adalah narasi ultranasionalis, diskriminatif dan pandangan bernada Islamofobia yang umum di Myanmar, kata para ahli.
"Junta telah meningkatkan penindasan mereka yang kejam terhadap perbedaan pendapat di ruang virtual," kata para ahli PBB.
PBB menjelaskan bahwa junta merasa takut pada kekuatan perempuan untuk memobilisasi perlawanan terhadap kekuasaan militer di ruang online.
"Setiap hari, perempuan diancam secara online dengan kekerasan seksual karena mereka membela hak asasi manusia, menentang kekuasaan militer, dan berjuang untuk kembali ke jalur demokrasi," kata para ahli.
"'Doxxing" dan bentuk-bentuk pelecehan online lainnya menambah berbagai ancaman yang sudah dihadapi oleh aktivis perempuan, pembela hak asasi manusia dan asosiasi independen di Myanmar.
Junta Myanmar sedang melancarkan kampanye teror online dan menggunakan platform media sosial untuk menghancurkan oposisi prodemokrasi.
- Hannover Messe 2024, Dirut Pertamina Tegaskan Target 25 Persen Pemimpin Perempuan
- Kiranti Wariskan Kekuatan untuk Perempuan Indonesia
- Pertamina Gandeng Perempuan Pelaku UMKM dalam Mendukung Pembangunan Berkelanjutan
- Apresiasi Makin Pentingnya Peran Perempuan, Pelita Air Persembahkan Kartini Flight
- Laporan Women in Business 2024, Grant Thornton Ungkap Tantangan Kesetaraan Gender
- Kabar Terkini Muslim Rohingya di Myanmar, Makin Mengenaskan