Pecel Impor

Oleh Dahlan Iskan

Pecel Impor
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

"Kami harus segera mengolah kacang ketika masih segar. Ketika baru dipanen. Jangan sampai lewat 28 jam," ujar Sudhamek, pemilik pabrik raksasa Kacang Garuda.

Itulah sebabnya pabrik-pabrik Kacang Garuda harus di dekat basis produksi kacang tanah.

Orang seperti Sudhamek tidak bisa impor kacang. Kualitas kacangnya bisa turun selama perjalanan antar-negara.

Ia sepenuhnya mengandalkan produksi dalam negeri. Oleh karena itu orang seperti Sudhamek termasuk yang gelisah atas menurunnya produksi kacang dalam negeri.

"Satu-satunya jalan harus ada penanaman kacang secara korporasi," ujar Sudhamek, yang pernah menjadi ketua bidang di Komite Ekonomi Nasional itu.

Dengan pertanian secara korporasi, produksi per hektare bisa mencapai 3 ton. Dua kali lipat dari sistem pertanian tradisional.

Dengan produksi 3 ton/hektare berarti bisa menghasilkan Rp 18 juta/ha. Ini barulah bisa bersaing dengan tanaman lain.

Namun mencari lahan untuk pertanian korporasi tidak mudah. Bahkan mustahil.

Saya tidak membayangkan bahwa pecel zaman sekarang kacangnya impor: dari India atau bahkan Afrika. Maka sekarang ini kalau lagi makan pecel rasanya serasa ikut makan devisa.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News