Pedas! Djarot Sebut Machfud Arifin Seperti Penjajah yang Suka Adu Domba
jpnn.com, JAKARTA - Ketua DPP PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat menilai Calon Wali Kota Surabaya Machfud Arifin (MA) menggunakan strategi Belanda saat zaman kolonialisme ketika menjajah Indonesia.
Menurut Djarot, strategi itu ialah devide et empire ala kolonialisme Belanda yang memecah belah kelompok lain.
Seperti cara Machfud Arifin mengakuisisi politikus PDIP di Surabaya, Jagad Hariseno dan Mat Mochtar.
"MA telah melakukan politik devide et empire ala kolonialisme Belanda. Politik pemecah belah selama masa kolonial selalu dilawan oleh seluruh anak bangsa, termasuk NU, Muhammadiyah, dan PNI saat itu."
"Jadi rasanya kurang elok kalau tim MA menjalankan politik adu domba, termasuk apa yang dilakukan oleh Mat Mochtar. Sebab itu cara kolonial yang ditantang arek-arek Surabaya," kata Djarot dalam keterangan yang diterima, Kamis (19/11).
Djarot menjelaskan, pihaknya telah memecat Mat Mochtar karena perilakunya yang tidak terpuji.
Ia meminta Mat Mochtar memiliki kesadaran berorganisasi bahwa PDIP telah memilih Eri Cahyadi-Armudji sebagai pasangan yang didukung di Pilkada Surabaya 2020.
"Saya tahu persis bagaimana sebelum mengambil keputusan Ibu Megawati melakukan kontemplasi."
"Bahkan saat itu agar keputusan benar-benar sesuai harapan rakyat Surabaya, sebulan sebelum Eri-Armudji diumumkan, Ibu Mega tidak mau terima tamu termasuk Bu Risma."
Djarot Saiful Hidayat menilai Calon Wali Kota Surabaya Machfud Arifin (MA) menggunakan strategi Belanda saat zaman kolonial ketika menjajah Indonesia.
- Gibran jadi Bakal Cawapres Prabowo, Djarot PDIP Merasa Gagal
- Ganjar Berpasangan dengan Prabowo? Petinggi PDIP Jawab Begini
- Soal Isu Kaesang Pangarep Gabung PSI, Djarot PDIP Berkomentar Begini
- Nama Poros Prabowo Mirip Kabinet Jokowi, Djarot PDIP Bilang Begini
- Benderanya Dibakar, PDIP Bakal Polisikan Oknum Aktivis HMI
- Aktivis Pembakar Bendera PDIP di Cikini Bakal Dilaporkan ke Polisi