Pelaku Tindakan Intoleran Di Indonesia Tahun 2018 Lebih Banyak Individu dan Kelompok Warga

Pelaku Tindakan Intoleran Di Indonesia Tahun 2018 Lebih Banyak Individu dan Kelompok Warga
Pelaku Tindakan Intoleran Di Indonesia Tahun 2018 Lebih Banyak Individu dan Kelompok Warga

"Rasa kebersamaan warga semakin luntur"

Setara Institut mencontohkan kasus pelaporan penodaan agama terhadap Permadi Arya atau Abu Janda karena status di akun Facebooknya yang mengomentari bendera bertuliskan kalimat syahadat sebagai bagian dari terorisme."

Kasus lain yang dijadikan contoh Setara adalah kasus pelaporan dua komika Tretan Muslim dan Coki Pardede yang dinilai menistakan agama Islam karena membuat video memasak daging babi dengan kurma di saluran YouTube mereka.

Menanggapi tren ini, wakil direktur Setara Institut, Bonar Tigor Naipospos menyebut jika terus dibiarkan kondisi ini akan memberi efek negatif jangka panjang di masyarakat.

"Kita akan melihat munculnya apa yang disebut generasi pelapor, dimana mereka akan saling lapor melaporkan satu sama lain untuk menundukan atau menyudutkan lawan politiknya."

"Itu tidak sehat bagi demokrasi dan lebih runyamnya lagi ini akan berdampak pada kebebasan beragama dan toleransi serta penghargaan terhadap kemajemukan," ungkap Tigor Naipospos.

"Tren ini menunjukan paham konservatif yang kurang menghargai orang yang berbeda pendapat atau keyakinan itu sudah menyebar ke masyarakat.'

"Bahkan ke kelompok yang tadinya kita perkirakan adalah warga yang guyub, seperti di pedesaan."

"Jadi rasa kebersamaan warga semakin luntur, sehingga meski di satu lokasi orang itu tidak sungkan mengekspresikan pembelaanya terhadap identitas diri atau kelompoknya. Ini jauh lebih berbahaya."

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News