Pelecehan Pancasila Marak, Zulkifli: Ini Sudah Lampu Merah

Pelecehan Pancasila Marak, Zulkifli: Ini Sudah Lampu Merah
Ketua MPR RI Zulkifli Hasan dalam acara Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Kota Bengkulu, Selasa (19/4). Foto: MPR for JPNN.Com

jpnn.com - BENGKULU - Ketua MPR RI Zulkifli Hasan lagi-lagi menyuarakan keprihatinannya melihat Pancasila yang kini seolah tak dihiraukan lagi. Sorotannya tertuju pada kasus pelecehan dan penghinaan atas Pancasila yang akhis-akhis ini marak.

Berbicara pada acara Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Kota Bengkulu, Selasa (19/4), Zulkifli mengatakan, munculnya kasus-kasus pelecehan terhadap Pancasila itu sudah tidak bisa dipandang remeh. Baginya, kasus itu merupakan pertanda sekaligus peringatan.

“Sebenarnya ini adalah peringatan dan lampu merah bagi bangsa ini agar kita semua kembali memahami kembali dan mengamalkan nilai-nilai luhur bangsa. Bagaimana bisa seorang anak bangsa mengolok-olok simbol negara, itu sangat memprihatinkan,” katanya di hadapan 300 peserta sosialisasi dari kalangan birokrat di Pemerintah Provinsi Bengkulu dan perwakilan mahasiwa.

Ia lantas menyinggung soal Bengkulu sebagai kota bersejarah. Ketua umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu menuturkan, perjalanan hidup Bung Karno juga tak lepas dari Bengkulu.

Zulkifli menegaskan, Presiden RI pertama itu tidak menginginkan Indonesia menjadi negara yang menganut sistem liberal ala barat atau pun komunis. Sebab, Indonesia punya Pancasila yang berarti cinta, kasih sayang, gotong royong dan musyawarah mufakat.
 
Lebih lanjut Zulkifli menegaskan, Indonesia sebagai negara kesatuan menempatkan semua warganya pada posisi sama. Sehingga siapa pun, dari suku mana pun dan bahkan agama apa pun tetap punya hak dan kewajiban sama.

Ia mencontohkan, orang Jawa bisa jadi gubernur DKI Jakarta. Sedangkan wali kota di Padang bisa saja berasal dari Jakarta. Bahkan presiden pun bisa dari Papua.

"Oleh karena itu setiap bangsa Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang sama terhadap negaranya. Tidak boleh ada diskriminasi suku, agama, ras dan fanatisme kelompok,” katanya.(adv/ara/jpnn)

 


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News