Pembobolan Rekening, 2 Kelemahan Sistem Pengamanan Data

Pembobolan Rekening, 2 Kelemahan Sistem Pengamanan Data
Resmob Polda Metro Jaya merilis sindikat Skimming ATM di Polda Metro Jaya, Sabtu (17/3). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Rentetan kasus pembobolan rekening nasabah bank di Indonesia belakangan menunjukkan adanya celah pada sistem perbankan kita.

Auditor informasi dan teknologi dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Yanto Sugiharto menyatakan, bank-bank yang ada di Indonesia rata-rata masih berada pada tingkat keamanan level 5. Dari yang tertinggi level 8.

”Meningkatkan level keamanan itu tidak sulit, asalkan banknya mau,” katanya kepada Jawa Pos, Minggu (18/3).

Berdasar pengalamannya melakukan berbagai audit sistem di berbagai bank, setidaknya ada dua kelemahan dalam sistem pengamanan data di bank.

Pertama, bank-bank di Indonesia sangat bergantung pada pihak ketiga sebagai penyedia jasa pengamanan data.

Banyak peran seperti penyediaan alat, sampai mempekerjakan staf TI, diserahkan kepada vendor. ”Nah, kalau pengamanan saja diberikan ke pihak ketiga, tentu lebih berisiko,” katanya.

Saat terjadi kasus kebocoran data, kata Yanto, untuk mengungkapnya, diperlukan seperangkat alat yang tidak murah.

Bank juga kadang enggan menyediakan alat tersebut. ”Karena itu, biasanya pengungkapan diserahkan kepada Bareskrim,” katanya.

Sejumlah kasus pembobolan rekening nasabah bank terkait dengan sistem pengamanan data di bank.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News