Pemerintah Australia Pulangkan Warganya dari Bali Karena COVID

Karena tidak berhasil menemukan penerbangan komersial, ia mendaftar ke DFAT untuk penerbangan repatriasi hari ini, dengan alasan belas-kasih.
Tapi dia tidak menerima kabar apa-apa dari pihak DFAT.
Scott mengaku sangat marah dan kecewa berat terhadap cara DFAT memperlakukannya.
"Tidak ada yang menghubungi saya untuk memverifikasi apa yang saya alami. Bahkan balasan resmi atau telepon, email, tidak ada sama sekali," katanya.
"Mereka cuma mengirim balasan otomatis. Itu saja. Saya menelepon Kedutaan dua kali, memperbaharui pendaftaran DFAT dua kali, tapi sama sekali tidak ada balasan sama sekali dari mereka," ucap Scott.
Ia akhirnya ikut mendaftar untuk berlayar dengan kapal tapi akhirnya menyerah setelah mendengar adanya aturan larangan perbatasan baru.
Hingga pekan lalu, warga Australia yang tinggal di negara lain bisa pulang sementara, tanpa perlu pengecualian khusus untuk pergi lagi.
Kini, warga yang telah pulang seperti itu memerlukan persetujuan ketat untuk bisa meninggalkan Australia.
Pemerintah Australia akan memulangkan sekitar 200 warganya dari Bali dengan menggunakan penerbangan repatriasi khusus hari Rabu ini (18/08)
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- EIGER Dukung Penuh IFSC World Cup di Bali, Bukti Komitmen Kembangkan Panjat Tebing di RI
- Korea Selatan dan Australia Ramaikan Semarang Night Carnival 2025
- Miroslaw Aleksandra Raih Medali Emas Piala Dunia Panjat Tebing 2025 di Bali
- Gerak Cepat, Telkomsel Pulihkan Layanan Jaringan Internet saat Listrik Mati di Bali
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan