Pemerintah Diminta Waspadai Dampak FTA Bagi Industri Petrokimia Dalam Negeri

Pemerintah Diminta Waspadai Dampak FTA Bagi Industri Petrokimia Dalam Negeri
Pabrik Asam Sulfat Petrokimia Gresik. Foto: Istimewa for JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Dosen Institute Teknologi Bandung (ITB) Akhmad Zainal Abidin menyoroti potensi Indonesia yang akan kebanjiran bahan baku plastik dari Uni Emirat Arab (UEA).

Menurutnya, rencana penurunan bea masuk hingga 0 persen bisa merusak industri petrokimia dalam negeri.

Akhmad mengatakan sebaiknya pemerintah berhati-hati, karena dengan rencana opsi bea masuk 0 persen untuk bahan baku plastik bisa menghancurkan industri petrokimia dalam negeri dan akan berakibat buruk juga bagi ekonomi.

“Kalau banjir produk petrokimia dari UAE, bisa dipastikan industri petrokimia dalam negeri luluh lantah, dan ini bisa berakibat PHK besar di industri tersebut. Jangan sampai FTA (Free Trade Agreement) ini malah merugikan industri lokal. Sebaiknya pemerintah memikirkan efek buruk dari FTA tersebut,” tutur Akhmad.

Menurutnya, lemahnya daya saing Indonesia dalam menghadapi perjanjian perdagangan bebas IUEA, bakal memperbesar risiko menuju deindustrialisasi.

Hal ini diperparah dengan tidak adanya desain industri yang komprehensif dan upaya maksimal untuk menekan produksi.

"Daya saing negara kita masih rendah, sementara biaya produksi belum bisa diturunkan. Negara kita juga dihadapkan sejumlah paradoks yang bisa menghambat pertumbuhan dari negara berpendapatan menengah menjadi negara yang lebih maju," papar dia.

Akmad mengatakan, sebagai negara kaya, industri di tanah air masih tidak efisien. Jumlah penduduk yang besar, tidak diimbangi produktivitas yang masih rendah.

Sebaiknya pemerintah berhati-hati, karena dengan rencana opsi bea masuk 0 persen untuk bahan baku plastik bisa menghancurkan industri petrokimia dalam negeri.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News