Pemimpin Komunitas Indonesia Menyambut Rencana Pelonggaran Aturan COVID-19

Pemimpin Komunitas Indonesia Menyambut Rencana Pelonggaran Aturan COVID-19
Pemerintah Australia berencana untuk membuka perbatasan setelah 70 hingga 80 persen warganya sudah divaksinasi. (ABC News: Eliza Laschon)

"Positifnya, visitor mancanegara dari mana-mana saja akan bisa masuk, apalagi dari Indonesia, khususnya para students, bisa bersekolah lagi di sini," kata Julie.

"Ini juga akan membawa keuntungan buat Australia yang bisa mengembalikan proses Working Holiday Visa dari Indonesia yang sempat tertunda."

Tak hanya itu, menurutnya warga Indonesia di Australia akan dapat mengunjungi keluarganya di tanah air.

"Teman-teman kita di sini banyak yang kehilangan keluarganya di Indonesia, mereka pengen pulang," kata Julie.

Atau pun sebaliknya, bagi pemegang visa penduduk tetap atau PR yang ingin kembali ke Australia tapi tidak bisa karena tidak banyak tiket pesawat yang tersedia.

"Kalau pun ada, mahal dan waiting list, mereka juga harus bayar sekitar A$3,000-5000 (Rp30 juta-50 juta) ya [untuk karantina]," ujarnya, yang juga mengatakan tak semua mampu membeli dengan harga tersebut.

Dukungan dari komunitas Muslim di Victoria

Komunitas Muslim Indonesia di negara bagian Victoria, atau Indonesian Muslim Community of Victoria (IMCV) turut merasakan dampak 'lockdown' dan penutupan perbatasan internasional.

"Kami sangat paham alasan pemerintah untuk melakukan ini, karena untuk kebaikan kita, tapi pada satu sisi dampaknya juga cukup signifikan ya," kata Teguh Iskanto, Presiden IMCV.

Australia rencananya membuka perbatasan dan bisa terbebas dari 'lockdown', jika 80 persen warganya sudah divaksinasi

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News