Pemimpin tak Cukup Bermodal IQ Tinggi

Pemimpin tak Cukup Bermodal IQ Tinggi
Pemimpin tak Cukup Bermodal IQ Tinggi

jpnn.com - JAKARTA - Intelligence Quotient (IQ) memang dibutuhkan jika ingin menjadi pemimpin. Namun dengan hanya bermodal IQ tinggi tidak cukup. Sebab pemimpin harus punya keseimbangan dalam emotional quotient (EQ), dan spiritual quotient (SQ).

Tak hanya itu, saat ini muncul varibel kecerdasan lain, yakni adversity quotient (AQ). Pemimpin harus memiliki AQ tinggi karena akan menuntunnya mampu menghadapi masalah dan kesulitan.

"Pemimpin itu perlu keseimbangan antara IQ, EQ, dan SQ, serta AQ. Jadi mengukur kecerdasan tak cukup hanya dari salah satunya saja, karena malah penting ketika untuk calon pemimpin juga dilihat bagaimana kecerdasan menghadapi masalah dan kesulitan," kata Pakar Pendidikan Tukiman Taruna, saat dihubungi dari Jakarta, Kamis (5/6).

Tukiman menjelaskan, jika seseorang hanya memiliki IQ dan kurang dalam AQ, maka pem,impin itu akan kesulitan untuk keluar dari masalah.

"Intinya dia tahan banting tidak dalam menghadapi kesulitan. Empat itu harus seimbang. Apa artinya cerdas otak kalau tak cerdas menghadapi kesulitan," jelasnya.

Empat hal itu, kata Tukiman, semua ada tesnya dan hasilnya akan mengklasifikasi orang pada tiga kelompok.  Pertama,  kelompok orang pemogok. Jika masuk dalam kelompok ini, maka kecenderungannya adalah mogok, mutung, atau ngambek.

Kedua, orang yang kalau menghadapi kesulitan, bukannya diselesaikan tetapi mengalihkannya ke persoalan lain. Orang yang seperti itu ibaratnya kelompok berkemah.

Yang artinya dia mencoba untuk mengatasi kesulitan itu, tetapi kalau dirasa semakin sulit dia lalu berhenti di tengah jalan. Kemudian dia mendirikan kemah baru di situ untuk mengalihkan perhatian ke kemahnya.

JAKARTA - Intelligence Quotient (IQ) memang dibutuhkan jika ingin menjadi pemimpin. Namun dengan hanya bermodal IQ tinggi tidak cukup. Sebab pemimpin

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News