Pemotongan Bantuan Luar Negeri Australia Dinilai Sebagai Tragedi

Kedua lembaga pengelola bantuan itu adalah World Vision dan Plan.
"Mereka harus membuat keputusan sulit: apakah harus membiayai program kesehatan atau pencegahan KDRT? Apakah harus memangkas program pendidikan atau air bersih?" kata Plibersek, yang juga merupakan wakil pemimpin oposisi di parlemen.
"Tidak tepat meminta seseorang untuk membuat keputusan seperti itu. Sebab, mereka orang lapangan yang melihat sendiri wajah orang-orang yang kesempatannya direnggutkan karena Australia, negara makmur menurut standar dunia, telah memunggungi mereka," kata politisi dari Dapil Sydney ini.
Karena itu, Plibersek mendesak pemerintah untuk memikirkan kembali langkah pemotongan anggaran bantuan luar negeri ini.
"Banyak komentar mengenai hal ini, misalnya dari perdana menteri yang menyebut pemotongan ini cukup memadai, atau dari Menlu yang menyalahkan Partai Buruh," jelas Plibersek.
Dia menambahkan, faktanya saat ini adalah pemerintahan Abbott merupakan pemerintahan dengan jumlah bantuan luar negeri paling kecil.
"Tidak ada yang bisa disalahkan, tidak ada pembenaran untuk itu," kata Tanya Plibersek.
Kantor Menlu Julie Bishop telah dihubungi untuk wawancara namun tidak bisa dimintai tanggapannya.
Juru bicara oposisi Australia urusan luar negeri Tanya Plibersek menyatakan langkah pemerintah memotong anggaran bantuan luar negeri sebagai sebuah
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Dunia Hari Ini: PM Terpilih Kanada Minta Waspadai Ancaman AS
- Dunia Hari Ini: Sebuah Mobil Tabrak Festival di Kanada, 11 Orang Tewas