Pencinta Medsos, Baca Nih Pesan Gus Miftah

Pencinta Medsos, Baca Nih Pesan Gus Miftah
Gus Miftah. Foto: antara

Hal ini juga membuat metode dakwah terus berkembang. Bila zaman Nabi Muhammad SAW melalui lisan, zaman sahabat sudah melalui tulisan, zaman Walisongo melalui budaya, maka saat ini dakwah melalui medsos, kata alumni Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta tersebut.

Oleh karena itu, menurut Gus Miftah, untuk memberikan pemahaman yang benar dan menjauhkan agama dari kekerasan, maka harus meletakkan budaya dan agama secara benar.

Menurut dia, jika meletakkan budaya dan agama secara benar maka secara tak langsung akan menjauhkan agama itu dari kekerasan.

“Karena memang agama itu tidak identik dengan kekerasan. Maka dari itu dakwah yang saya lakukan selama ini adalah membudayakan agama, bukan meng-agamakan budaya. Ini tetap beragama Islam sesuai tuntunan Al-Quran dan hadist tetapi dengan karakteristik bangsa Indonesia,” kata Gus Miftah.

Lebih lanjut, Gus Miftah menyampaikan cara menyampaikan Islam agar dianggap sebagai agama yang menyenangkan, tentunya adalah dengan menunjukkan akhlak yang menyenangkan, bukan akhlak menakuktkan.

“Kita memahami Islam itu rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam), bukan rahmatan lil Muslimin (rahmat bagi orang Muslim). Rahmat, kasih sayang untuk semua alam, siapapun. Bukan rahmat hanya untuk orang Islam saja," ungkap Gus Miftah.

"Maka tampakkanlah Islam dengan akhlak yang menyenangkan, Bukan akhlak yang menakutkan. Karena dakwah itu mengajak, bukan mengejek. Merangkul, bukan memukul. Dan harus membahagiakan dan bukan untuk menakut-nakuti."

Gus Miftah yang merupakan keturunan kesembilan dari pendiri Pesantren Tegalsari, Ponorogo, Jawa Timur, Kiai Ageng Hasan Besari itu juga mengingatkan agar generasi muda jangan sampai salah dalam memilih ustaz.

Meningkatnya tindakan kekerasan dan radikalisme dalam beragama, Gus Miftah mengingatkan beberapa hal dalam bermedia sosial.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News