Pendapat WNI di Australia dan Selandia Baru Mengenai Debat Capres

Pendapat WNI di Australia dan Selandia Baru Mengenai Debat Capres
Pendapat WNI di Australia dan Selandia Baru Mengenai Debat Capres

Moh Abdul Hakim, mahasiswa PHD bidang Psikologi Sosial dan Politik di Massey University, Auckland (Selandia Baru)

Pendapat WNI di Australia dan Selandia Baru Mengenai Debat Capres Photo: Moh Abdul Hakim mahasiswa Phd Massey University Auckland, Selandia Baru (Istimewa )

Secara umum, saya melihat debat semalam masih sebatas adu retorika saja dan cenderung membosankan.

Kedua pasangan tidak banyak menyampaikan data-data statistik yang mendukung argumen mereka, sehingga jawaban-jawaban yang diberikan hanya enak didengar di telinga saja, tetapi belum menyentuh pokok-pokok persoalan.

Ketika menanggapi pertanyaan-pertanyaan tekait penanganan kasus pelanggaran HAM dan penegakan hukum tebang pilih, misalnya, Jokowi seringkali memberikan jawaban-jawaban yang sangat normative.

Katanya, kalau Prabowo punya data, ya laporkan saja. Ini agak mengecewakan.

Sebenarnya saya mengharapkan lebih dari sekedar jawaban normatif, tetapi juga menjelaskan bagaimana Jokowi memastikan kasus-kasus semacam penganiayaan Novel Baswedan itu bisa dituntaskan secepatnya.

Di sisi lain, jawaban-jawaban dari pasangan Prabowo dan Sandi juga sering terdengar ambigu.

Saat ditanya mengapa ada banyak mantan koruptor di daftar caleg Gerindra, Prabowo memberikan jawaban yang bertele-tele dan bahkan terdengar kontradiktif.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News