Pendidikan Vokasi-Industri Harus Terus Diperkuat

Pendidikan Vokasi-Industri Harus Terus Diperkuat
Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud Wikan Sakarinto saat diskusi daring. Foto tangkapan layar/mesya

“Harus ada VRL (Venture Readiness Level). Jadi kita harus punya kesiapan mitra industri yang nanti memproduksi masal. Karena kalau kampus atau SMK diminta untuk memproduksi masal itu ya salah,” katanya.

Kampus vokasi atau SMK adalah pabrik ide atau pabrik prototype dan dilahirkan bersama dengan industri. Baru setelah itu TRL (Teknikal Readiness Level). Ini dipublikasikan setelah produk sudah jadi.

“Di HAKI, paten, atau produk register itu boleh dipublikasikan. Tapi jangan sampai mindset kita untuk melakukan link and match tadi hanya administratif,” katanya.

Terakhir, komitmen serapan lulusan, oleh dunia kerja atau bukan mengharuskan, tetapi komitmen kuat.

“Jadi ada link and match antara vokasi dan industri. Minimal delapan standar ini harus dilakukan kalau kita benar-benar ingin punya kualitas,” kata Wikan.

Dosen Institut Pertanian Bogor Nunung dalam paparannya mengatakan setidaknya harus ada bobot yang sama antara dosen-dosen yang melakukan publikasi, dosen aktif dalam masyarakat, termasuk ketika dosen menggerakan dan dosen yang menghasilkan output atau produk.

“Ini juga menjadi bagian dari penilaian yang tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan artikel tadi. Termasuk ketika dia menghasilkan output atau produk. Kita tetap harus melakukan riset. Riset seperti apa yang diinginkan apakah basic research atau applied research,” kata dia.

“Nah kalau applied research, apa yang harus ditindaklanjuti agar itu betul-betul bisa digunakan oleh dunia industri,” lanjutnya.

Sinergi antara pendidikan vokasi dan industri amat penting dalam peningkatan kapasitas serta kualitas SDM yang dihasilkan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News