Pendiri Tinggal Dua, Promosi Album Ke-34 lewat Facebook

Pendiri Tinggal Dua, Promosi Album Ke-34 lewat Facebook
Grup Kasidah Modern Nasida Ria. Foto: Dok Pribadi

Ke mana generasi pertama yang lain? Rien menyatakan, setelah menikah, banyak di antara mereka yang ikut suami. Ada yang pindah ke Cilacap, Jepara, dan daerah lain. Karena pindah tempat tinggal, mereka akhirnya tidak bisa ikut latihan lagi.
Namun, ujar Rien, walaupun banyak yang keluar, banyak pula yang bergabung. Buktinya, personel itu masih lengkap sepuluh orang. Para penggemarnya pun tetap setia dan merindukan penampilan mereka. Kerinduan penggemar terlihat saat Nasida Ria tampil dalam grand final Festival Ramadan Jawa Pos di lapangan Makodam V/Brawijaya.

Banyak penonton yang meminta tanda tangan. Kaset mereka yang dijual saat event tersebut pun laris manis. Mereka terlihat mengelu-ngelukan grup musik islami itu. Bahkan, ada penonton dari Tuban hingga Malang yang datang berombongan demi melihat grup musik kesayangannya itu.

Rien mengungkapkan, membuat grup tersebut tetap eksis dan digemari masyarakat tidaklah mudah. Butuh semangat dan perjuangan. Namun, yang paling penting adalah kekompakan anggota kasidah.

Nama Nasida Ria memang pernah tenar, pernah pula meredup. Mereka pun terus menyesuaikan diri dengan perubahan zaman. Kondisi dulu saat grup itu baru berdiri berbeda dengan kondisi sekarang. ’’Kami akan berusaha menyesuaikan diri dengan kondisi,’’ terangnya.

Rien pun menceritakan awal berdirinya Nasida Ria. Menurut dia, Nasida Ria didirikan H M. Zain, seorang dewan hakim musabaqah tilawatil Quran (MTQ), lomba membaca Alquran tingkat nasional. Selain dewan juri lomba tilawah Alquran, Zain senang dengan lagu-lagu islami. Suaranya yang merdu saat membaca Alquran sangat mendukung dirinya dalam menyanyikan lagu islami.

Kecintaan Zain terhadap musik islami tidak hanya dinikmati sendiri. Dia pun berusaha menularkan kepada para santrinya yang belajar di pondok pesantren yang dipimpinnya. Pondok pesantren yang dikelola itu hanya dikhususkan untuk santri perempuan. Selain tartil Alquran, Zain mengajari para santriwati belajar musik islami. Awalnya, para santriwati dilatih bermain terbang atau rebana.

Pelan-pelan mereka dilatih menyanyikan lagu-lagu islami. Jadi, ada yang bermain musik dan ada pula yang menyanyi. Selain rebana, ada yang berlatih keyboard dan gitar. Setelah dilatih, ternyata banyak santriwati yang berbakat bermain musik. Mereka pun semakin senang berlatih musik islami.

Setelah sering berlatih dan semakin mahir, mereka diminta tampil oleh Zain. Misalnya, saat acara halalbihalal, pernikahan, dan tasyakuran. Mereka kemudian diundang untuk tampil di tempat-tempat yang lebih jauh. Setelah banyak orang yang mengenal, mereka pun semakin sering mendapat undangan untuk tampil.

Legenda kasidah Indonesia layak disandang grup kasidah modern Nasida Ria. Grup musik islami itu didirikan pada 1975, namun hingga kini masih eksis.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News