Pengakuan si Bocah Penjambret, Terbayang saat Dikepung Massa

Pengakuan si Bocah Penjambret, Terbayang saat Dikepung Massa
Rud (kanan) hanya bisa menunduk. Kini dia dititipkan di PSMP Paramita selama proses hukumnya berjalan. Foto: DIDIT/LOMBOK POST/JPNN.com

Dari uang tersebut, Rud mengaku menggunakannya untuk makan dan minum sehari-hari. Dorongan ekonomi itu pula yang membuat ia berani untuk menjambret.

Selama beberapa tahun terakhir ini, kedua orang tuanya jarang memberi uang jajan kepadanya. Dia juga tidak lagi merasakan kasih sayang dari orang tuanya. ”Sudah cerai saat saya masih kecil,” kata Rud sembari menunduk.

Efek dari semua itu, membuat Rud lepas kontrol. Dia bahkan sudah malas untuk sekolah.

Rud, 14 tahun, yang seharusnya duduk di kelas III SMP, terpaksa putus sekolah. Dia memilih untuk keluar dari sekolah ketika kelas II SMP.

”Tapi sekarang kapok sudah. Gak mau lagi saya (jambret),” ujarnya.

Menurut Rud, dia masih terbayang-bayang ketika ia dikepung massa saat aksi terakhirnya. Nyawanya bisa saja hilang saat itu.

Apalagi dia sempat melihat salah satu warga membawa parang. Hal tersebut membuat nyalinya ciut.

”Takut saya pas dikepung orang itu. Akhirnya saya pilih untuk menyerahkan diri ke pos polisi di Udayana,” kata Rud.

Menurut Rud, si bocah penjabret, dia masih terbayang-bayang ketika ia dikepung massa saat aksi terakhirnya. Nyawanya bisa saja hilang saat itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News