Pengakuan si Bocah Penjambret, Terbayang saat Dikepung Massa

Pengakuan si Bocah Penjambret, Terbayang saat Dikepung Massa
Rud (kanan) hanya bisa menunduk. Kini dia dititipkan di PSMP Paramita selama proses hukumnya berjalan. Foto: DIDIT/LOMBOK POST/JPNN.com

Beruntung, saat tiba di simpang empat di depan Bandara Selaparang, motor pelaku mogok. Hal itu dimanfaatkan korban dengan berteriak jambret kepada kedua pelaku.

Karena mogok, mereka memilih jalan kabur melalui persawahan di belakang Swalayan Mario. Namun, masyarakat lebih cepat. Satu pelaku berhasil diamankan, yakni Rud, sementara DI berhasil kabur.

Kata Rud, setiap menjambret, dirinya selalu bertukar peran dengan DI. Sesekali ia sebagai eksekutor dan DI sebagai jokinya.

Sasaran mereka, wanita berumur hingga remaja perempuan yang menaruh handphonenya di kantong motor. ”Nyarinya selalu yang perempuan,” ujarnya.

Setelah handphone berhasil dirampas, Rud biasanya tinggal menunggu hasil dari DI. Teman jahatnya itulah yang kemudian menjual atau menggadai barang curian itu. Selanjutnya, hasilnya dibagi dengan Rud.

”Dia selalu yang bawa handphonenya. Gak tahu dijual atau gimana. Setelah itu biasanya saya dikasih uang sama dia,” ungkap Rud.

Uang yang diberikan DI, menurut Rud, tidak menentu jumlahnya. Dia pernah sekali waktu diberi uang sebanyak Rp 250 ribu.

Jumlah itu menjadi yang terbanyak ia terima. ”Kalau yang paling sedikit itu dikasih Rp 150 ribu,” terangnya.

Menurut Rud, si bocah penjabret, dia masih terbayang-bayang ketika ia dikepung massa saat aksi terakhirnya. Nyawanya bisa saja hilang saat itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News