Pengakuan si Bocah Penjambret, Terbayang saat Dikepung Massa

Pengakuan si Bocah Penjambret, Terbayang saat Dikepung Massa
Rud (kanan) hanya bisa menunduk. Kini dia dititipkan di PSMP Paramita selama proses hukumnya berjalan. Foto: DIDIT/LOMBOK POST/JPNN.com

”Saya sampai berkelahi sama anak itu. Dia yang pertama kali ajak jambret, tapi saya gak mau. Akhirnya saya turunin dia di jalan,” beber Rud.

Ajakan kedua datang lagi. Kali ini melalui kakak kelasnya dengan inisial DI. Jika ajakan AA bisa ia lawan dan tolak, tidak dengan DI.

”Teman yang satu itu kan kecil anaknya, jadi bisa saya lawan. Kalau DI itu besar,” ujarnya.

Berawal dari ajakan DI itu, aksi jambret kedua remaja ini dimulai. Kejahatan pertamanya dilakukan di Jalan Lingkar Selatan, Kota Mataram. Saat itu, mereka berdua berhasil mengambil handphone pengendara perempuan.

Kejahatan yang sukses, rupanya membuat keduanya ketagihan. Setelah aksi pertama, menyusul dengan beberapa kejahatan lanjutan. Hingga akhirnya Rud kena batunya awal November ini.

Aksi terakhirnya dilakukan di Jalan Udayana, Kelurahan Dasan Agung, pada Rabu (1/11) lalu. Tepat di depan Hotel Grand Madani, kedua ABG ini menjambret handhone milik Lina yang ditaruh di kantong motor.

Korban yang melaju dari arah selatan, dibuntuti kedua pelaku. Setelah berhasil memepet dari sebelah kiri, Rud langsung merampas handphone milik korban. Mereka berdua lantas kabur dengan mempercepat laju kendaraannya.

Lina tak menyerah. Dia mengejar korban dengan tujuan memperoleh kembali handphonenya.

Menurut Rud, si bocah penjabret, dia masih terbayang-bayang ketika ia dikepung massa saat aksi terakhirnya. Nyawanya bisa saja hilang saat itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News