Pengalaman Finalis Miss Indonesia Deva Indah Jadi Hakim di Pedalaman Jambi
Beri Perhatian Terhadap Kasus KDRT, Kesusilaan dan Narkotika
Kamis, 22 Maret 2012 – 00:11 WIB
"Saya lihat dari pesawat, Jambi masih hijau, (kelapa) sawit semua isinya," ujarnya mengenang
Kakak kandung dr Darini Sahara, drg Diza Losa Fasyi, M. Fardana, dan Dinar Salsabila itu pun hampir mengurungkan niat. Untung, niat tersebut akhirnya bisa dia buang jauh-jauh. Dia pun berangkat dari Jambi ke Muara Bulian yang berjarak sekitar 60 km dengan satu tujuan: mengabdi kepada negara.
Saat mulai bertugas pun, tak sedikit kendala yang dihadapi Deva. Mulai bahasa yang sangat berbeda, air yang keruh, hingga makanan yang kurang pas di lidahnya. Termasuk menahan rasa kangen dengan keluarga besar di Jakarta. "Sudah tiga tahun saya kerja di Bulian. Tapi, saya belum lancar bahasa Jambi," ujarnya.
Hidup di kota kecil yang sangat berbeda dengan kota kelahirannya, Jakarta, memang serba terbatas. Setiap hari Deva harus menggunakan air PDAM Muara Bulian yang warnanya kekuningan untuk membasuh badan. "Tiap hari mandi pakai air PDAM. Cuci muka, saya pakai air galon (air isi ulang)," ujarnya.
Di tengah proses adaptasi yang tak gampang, Deva Indah sudah menangani 160 kasus di PN Muara Bulian. Padahal, dia sempat hampir mengurungkan niat
BERITA TERKAIT
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor
- Pesantren Ala Kadarnya di Pulau Sebatik, Asa Santri di Perbatasan Negeri