Pengalaman Ulama Suni Indonesia

Masuk ke Musala Pesaing Masjidilharam

Pengalaman Ulama Suni Indonesia
SAINGAN MASJIDILHARAM: M. Ali Aziz (kiri) di depan pintu gerbang Musala Imam Khumeini yang selama Ramadan menjadi tempat pameran Alquran internasional. Foto : M. Ali Aziz for Jawa Pos
Itulah musala yang sering disebut orang dibangun untuk "menandingi"  Masjidilharam di Makkah atau Masjid Nabawi di Madinah. Di dekat musala ada beberapa hutan buatan dengan pepohonan yang menjulang tinggi. Di sepanjang tepi jalan raya ada saluran air dari gunung berdiameter 50 cm untuk penyiraman dua kali sehari di tanah gersang itu.

 

Pameran buka pukul 17.00?24.00. Ini jam buka pameran yang wajar bagi masyarakat Iran karena tidak ada tarawih dan tidak ada tadarus bagi mereka selama Ramadan. "Subhanallah," ucap saya berkali-kali melihat kemegahan musala dan menyaksikan secara langsung macam-macam kitab Alquran. Desain dan kaligrafi yang ditampilkan belum pernah saya jumpai di museum Belanda maupun di Indonesia.

 

Tidak hanya itu,  para wanita anggun berpakaian serbahitam menunggu beberapa pengunjung di lobi untuk berdiskusi tentang Alquran. Ada ruang  untuk diskusi, bahkan debat terbuka, tentang tafsir, fikih, atau tauhid yang dipandu oleh akhund. "Banyak di antara mereka yang berpredikat hujjatul Islam yang setara dengan profesor," kata Choiruddin kepada saya sambil menunjuk debat terbuka yang disiarkan langsung melalui televisi. 

     

Ada satu stan yang semua penjaganya wanita muda dengan laptop di tangannya. Mereka bukan menjual produk yang terkait dengan Alquran, tapi memamerkan klasifikasi dan kajian mendalam Alquran terkait dengan disiplin ilmu biologi, fisika, astronomi, kedokteran, dan sebagainya.

 

Iran mulai diminati pelajar Indonesia yang ingin studi Islam. Alumninya kelak bisa menjadi perekat bagi pemahaman yang lebih baik antara penganut

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News