Pengamat Berharap Anies dan Ganjar Belajar kepada Prabowo

Pengamat Berharap Anies dan Ganjar Belajar kepada Prabowo
Kanan: Capres nomor urut 01 Anies Baswedan, 02 Prabowo Subianto (tengah) dan 03 Ganjar Pranowo saat mengikuti debat Pertama capres 2024 di Gedung KPU, Jakarta, Selasa (12/12). Foto: Ricardo/JPNN.com

Jarak perolehan suara yang cukup jauh antara Prabowo – Gibran dan dua kompetitornya sudah mustahil untuk dikejar.

Oleh karena itu, Surokim mendorong pihak yang kalah untuk mengakui kekalahannya dan segera melakukan rekonsiliasi nasional.

“Semua kan masih beralasan untuk menunggu real count, tapi quick count itu kan diselenggarakan oleh lembaga yang tidak hanya satu dua lembaga tetapi juga oleh banyak lembaga yang mempunyai reputasi selama ini dalam menghitung pemilu,” ujar Surokim.

“Jarak yang tersisa antara dua paslon juga cukup jauh, jadi agak sulit menurut saya mungkin kalau jaraknya tipis gitu tidak ada masalah ini jaraknya terlalu jauh. Jadi, harus ada kesadaran memang tidak mudah untuk menerima kekalahan,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Surokim mengatakan energi yang ada dari paslon yang kalah lebih baik digunakan untuk disiapkan dalam menghadapi pemilu berikutnya bisa bersikap ikut gabung koalisi pemenang atau menyatakan sikap sebagai oposisi.

“Dari pada harus dihambur-hamburkan energi untuk melakukan tuduhan atau berbagai macam alasan atas kekalahannya, saya pikir posisi menjadi oposisi itu juga tidak kalah terhormatnya, akan lebih bijak kalau disiapkan untuk menjadi oposisi atau menjalankan fungsi oposisi terhadap pemerintah terpilih misalnya,” paparnya.

Surokim menilai upaya kubu rival Prabowo melemparkan wacana kecurangan pemilu terhadap penyelenggara pemilu dengan menggulirkan hak angket menunjukkan sikap yang tidak mau menerima kekalahan, jika hal itu diteruskan sama saja melawan kehendak atau logika mayoritas masyarakat yang sudah menggunakan hak pilihnya.

“Melihat jarak yang lebar seperti itu saya kira cukup sulit untuk membangun narasi kecurangan dilakukan secara terstruktur sistematis dan masif (TSM), rasa-rasanya cukup sulit terlalu lebar jaraknya. Artinya harus melawan logika publik pemilih yang mayoritas,” tegas Surokim.

Anies dan Ganjar perlu belajar kepada Ketum Partai Gerindra Prabowo dan Presiden Jokowi dalam membangun budaya politik yang santun dan saling menghormati.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News