Pengamat Nilai Kasus Saracen Terkait Pilkada DKI

jpnn.com, JAKARTA - Kepolisian dinilai masih dangkal dalam upaya membongkar sindikat Saracen yang diduga menyebarkan berita bohong bernuansa SARA di media sosial.
Hal ini justru memicu reaksi berlebihan dan beringas di media sosial.
"Ini soal yang agak absurd. Tadi diterangkan kepolisian, sedang didalami, nah ini berarti masih dangkal dan inilah yang memicu keberingasan. Dan ini beredar dengan cepat di sosial media real time," kata Prof Rocky Gerung, Pengamat Politik dan Filsafat Universitas Indonesia dalam acara ILC, tadi malam.
Dia mencontohkan, seperti yang kini beredar di medsos, disebutkan dalam postingan anonim bahwa dirinya satu kubu dengan Jonru. Dikatakan ini dan itu serta kemudian dibumbuhi dengan informasi yang bermacam-macam, yang memicu netizen lain berkomentar negatif.
"Kedangkalan ini tumbuh karena kekurangan berpikir," tegasnya.
Soal Saracen ini jika dirunut terkait dengan suasana Pilkada DKI Jakarta yang tetap terbawa hingga beberapa bulan ini.
"Bila kita anggap Saracen ini sebagai text maka di belakangnya ada pre-text dan sub-text. Pre-text-nya jelas adalah pilkada gubernur DKI. Kemarahan itu terbawa setelah beberapa bulan. Sementara subtext nya tergantung apa yang diinginkan oleh masyarakat politik, " sambungnya.
Sementara terkait hoaks, menurutnya, saat ini sudah dikerdilkan artinya menjadi kebencian kepada pemerintah.
Kepolisian dinilai masih dangkal dalam upaya membongkar sindikat Saracen yang diduga menyebarkan berita bohong bernuansa SARA di media sosial.
- Cerita Mudir BPKH Limited Sukses Menghadirkan Nasi Kotak Khas Indonesia untuk Jemaah Haji
- Polisi Amankan Pedemo Perusak Mobil Polisi saat May Day di Bandung
- Hardiknas 2025, Untar Gelar Untarian Awards untuk Dosen hingga Mahasiswa Berprestasi
- Sopir Travel Kecelakaan Maut di Tol Cisumdawu Ditetapkan Jadi Tersangka
- Komisi Kejaksaan Tegaskan Produk Jurnalistik Tidak Bisa Dijadikan Delik Hukum
- Prabowo Sebut Orang Indonesia Harus Tinggalkan Mental 'Kumaha Engke'