Pengamat: Pemilihan Pimpinan MPR Sebaiknya Lewat Musyawarah

jpnn.com, JAKARTA - Pemilihan pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dengan sistem paket lebih baik dilakukan secara musyawarah ketimbang dengan cara voting.
"Sebaiknya musyawarah yang ditempuh, jangan voting supaya tetap terjaga muruah MPR," kata pengamat politik Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing, Sabtu (27/7) malam.
Direktur EmrusCorner itu menegaskan dari namanya saja MPR itu Majelis Permusyawaratan Rakyat, sehingga musyawarah harus dikedepankan.
"Majelis permusyawaratan masa tidak musyawarah. Kalau menentukan pemimpin saja tidak musyawarah, bagaimana mau mengambil keputusan yang lain," ujarnya.
Oleh karena itu, ujar Emrus, MPR harus menunjukkan mereka bisa mengutamakan musyawarah dalam pengambilan keputusan, yang dimulai dari memutuskan siapa yang memimpin lembaga tinggi negara tersebut.
Menurut dia, sosok pimpinan MPR juga haruslah yang sudah selesai dengan dirinya sendiri, atau bisa dikatagorikan sebagai negarawan.
“Bila politisi di legislatif negarawan, pasti menginginkan musyawarah. Bila politisi di legislatif politikus, pasti lebih memilih voting," ujarnya.
“Maka dari itu harusnya dipilih dengan musyawarah dan sosoknya harus negarawan," tambah Emrus.
Pemilihan pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dengan sistem paket lebih baik dilakukan secara musyawarah ketimbang dengan cara voting.
- Dukung Pernyataan Menlu Sugiono, Wakil Ketua MPR: ICJ Harus Hentikan Kejahatan Israel
- Bertemu Rektor Univesiti Malaya, Ibas: Pentingnya Sinergi Akademik Lintas Bangsa
- Peringati Hardiknas, Waka MPR Dorong Kebijakan Penyediaan Layanan Pendidikan berkualitas
- Kuliah Umum di Universiti Malaya, Ibas Bahas Geopolitik, Geoekonomi dan Kekuatan ASEAN
- Ibas Tegaskan Indonesia dan Malaysia Tak Hanya Tetangga, Tetapi..
- Waka MPR Sebut Kehadiran Prabowo Saat May Day Wujud Komitmen Keberpihakan Kepada Buruh