Pengamat Pendidikan Indra Charismiadji: SDM Unggul Hanya Retorika

Pengamat Pendidikan Indra Charismiadji: SDM Unggul Hanya Retorika
Pengamat dan Praktisi Pendidikan Indra Charismiadji. Foto: Mesya/JPNN.com

Bidang numerasi dengan skor 388 tahun 2020-2025, 397 tahun 2025-2030. Bidang sains dengan skor 402 tahun 2020-2025, 408 tahun 2025-2030, dan 414 pada tahun 2030-2035.

Mengamati target yang ditentukan pemerintah, jelas-jelas belum bisa dikatakan unggul karena targetnya sendiri masih berada di bawah rata-rata negara OECD di tahun 2018.

Itupun dengan asumsi tidak ada perbaikan atau peningkatan mutu pendidikan di negara-negara tersebut.

"Sayang banget target yang dicanangkan pemerintah jauh dari arti unggul. Harusnya target berada di atas rata-rata negara OECD dengan asumsi semua negara melakukan program peningkatan mutu pendidikan," cetusnya.

Data yang lebih detail lagi bisa dilihat perbandingan antara peserta didik dari Indonesia dibandingkan dengan Vietnam dan rerata negara-negara OECD untuk urusan literasi (membaca).

Sebanyak 55,4% anak Indonesia kemampuan membacanya berada di level 1 (terendah). Sedangkan Vietnam hanya 13,9% saja dan rerata negara OECD di 20,1%.

Vietnam dan negara-negara OECD lain menempatkan porsi terbesar pada kemampuan membaca di level 3, Vietnam 35,2% dan negara-negara OECD di 27,9%.

"Ini yang membuat lemahnya kemampuan siswa Indonesia untuk belajar. Jika tidak mampu membaca, dalam kajian Bank Dunia dibahasakan functionally illiterate alias bisa membaca tetapi tidak paham makna dari apa yang dibaca, maka SDM Indonesia tidak mampu untuk belajar apapun. Tidak mampu belajar artinya bukanlah SDM yang unggul," bebernya.

Lanjut Indra, pembenahan yang harusnya menjadi menjadi prioritas adalah pendidikan di tingkat dasar yang selama ini tidak menjadi prioritas.

Indra Charismiadji mengatakan, jika pemerintah mencanangkan program pembangunan SDM Unggul, maka SDM Indonesia harus lebih pandai, lebih cakap.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News