Pengaruh K-Beauty Tak Sekadar soal Industri dan Pasar, Masyarakat Harus Kritis
Seakan industri komestik Indonesia, kini mau-nya hanya jualan saja, yang penting jualan laku.
Afwan mengingatkan jangan sampai menuju 2045, ketika Indonesia memanen bonus demografi, nilai-nilai ke-Indonesiaan sudah meluntur, karena mudah sekali dimasuki nilai-nilai dari luar.
Sekarang bisa saja K-Pop, nanti mungkin China-Pop, Eropa-Pop, dan lain-lain.
"Jadi, penting bagi bangsa Indonesia untuk melindungi dan mengaturnya, jangan sampai budaya negara lain bebas dan mudah masuk ke Indonesia,” ujar alumnus dari Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas).
Menurut Afwan, industri kosmetik lokal dan nasional jangan sampai hanya mengejar tren saja, hanya mengejar kepentingan profit semata.
Tetapi, juga perlu memikirkan konten lokal seperti jamu-jamuan yang juga cocok untuk kecantikan orang Indonesia.
Kritik Afwan itu, didukung hasil penelitiannya tentang tren industri kosmetik di Indonesia saat ini, yang berkecenderungan lebih berorientasi pada jualan K-Beauty daripada produk dan potensi nasional.
Padahal pasar kosmetik Indonesia merupakan pasar industri kecantikan terbesar di Asia Tenggara.
Pertumbuhan pasar Indonesia terus berkelanjutan, kelas menengah yang terus meningkat pesat, populasi perkotaan yang terus berkembang, dan kesadaran kecantikan yang meningkat.
Indonesia mulai memasuki gelombang demam K-Beauty (kecantikan). Disinyalir kemolekan K-Beuaty menarik hati masyarakat seusai gempuran K-Drama dan K-Pop.
- Pelaku Industri Kreatif Berkumpul di Kor-Asean K-Content BizWeek 2024
- Utang Indonesia Turun di Awal 2024, Ini Penyebabnya
- Mulus, Cewek-Cewek China Hantam Korea di Week 1 VNL 2024
- Ini Peran dan Kontribusi Bea Cukai Terhadap Penerimaan Negara & Pengawasan Perdagangan
- Megajaya.co.id Kembali Buka Gerai di Blustru, Berkonsep Inovatif
- Menuju NZE, PT Sasa Gandeng Suryanesia untuk Pemakaian Instalasi PLTS Atap