Pengelolaan Limbah Medis Covid-19 Perlu Perhatian Lebih

Pengelolaan Limbah Medis Covid-19 Perlu Perhatian Lebih
Direktur BSN LPBINU Fitri Aryani dalam Webinar bertajuk Penanganan dan Pengolahan Sampah/Limbah Medis di Masa Pandemi Covid-19 yang digelar BSN LPBINU bekerja sama dengan Radesa Institute dan WFD The Conservatives, Jumat malam (22/1/2020), dengan moderator Billy Ariez dari Radesa Institute. Foto: Tangkapan layar

“Kurangnya pengetahuan dan kesadaran menyebabkan rendahnya kepedulian publik terkait sampah, pemilahan dan pengelolaannya,” katanya.

Sementara itu, Plt Kepala Dinas LHK Provinsi DKI Jakarta Syaripudin mengatakan, sumber limbah medis berasal dari limbah RS dan rumah tangga.

Dia menjelaskan pengelolaan limbah infeksius dari fasilitas pelayanan kesehatan Covid-19. Pertama, sampah dari RS dikelola melalui proses insenerasi, kemudian dikelola pihak ketiga. Kedua, dari RS kemudian diangkut dan dibawa ke pengolah.

Sementara untuk pengolalaan limbah medis Covid-19 dari rumah tangga seperti masker bekas, sarung tangan, hazmat diangkut ke Dipo Kecamatan oleh petugas kebersihan menuju Dipo LB3 Kota. Sampah medis selanjutnya diangkut secara berkala menuju tempat pengolahan limbah B3 yang dikelola pihak ketiga.

Dia menyebutkan sejumlah tantangan pengelolaan limbah B3 medis selama pandemi. Untuk sumber dari pelayanan kesehatan (yankes), ada penambahan timbunan limbah medis, perlakuan khusus terhadap limbah medis, jumlah pihak ketiga selaku transporter dan pengelola limbah B3 yang terbatas, serta ketidaktaatan dalam pengelolaan limbah B3 sesuai ketentuan.

“Sementara dari sumber rumah tangga, perlu edukasi kepada masyarakat untuk dapat memilah limbah medis, penyediaan sarana dan prasarana di dipo atau TPS untuk pengelolaan limbah medis, dan perlindungan kesehatan bagi petugas pengawas kesehatan," katanya.

Berdasarkan data Pengawas Limbah B3 Fasilitas Pelayanan Ksehatan/RS Periode 28 Desember 2020-3 Januari 2021, limbah medis Covid-19 paling banyak berasal dari RS rujukan Covid-19  sebanyak 73 RS yang menghasilkan 203.607.56 kg/miggu atau setara 83% dari total limbah B3 di Jakarta. Kemudian dari RS yang tidak melayani pasien Covid-19 sebanyak 109 RS, menghasilkan 40.263.17 kg/minggu atau setara 17%.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Sampah Indonesia (APSI) Saut Marpaung mengatakan, ada sejumlah tantangan dalam pengelolaan APD sekali pakai.

Protokol kesehatan yang dibuat untuk meminimalisasi penyebaran, menciptakan gaya hidup 3M (mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak) nyatanya menimbulkan dampak baru dalam lingkungan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News