Penjahit dan Ketua RW Berani Melawan Gibran, Ujang Sebut Bentuk Sindiran
Lebih lanjut direktur eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini menilai, majunya pasangan penjahit-ketua RW lewat jalur independen, seperti memperlihatkan, bahwa ketika rakyat berkehendak, maka tidak ada yang bisa menghalangi, walau lewat jalur partai politik pintu sudah tertutup.
"Sekali lagi, saya menilai ini merupakan sindiran dari arus bawah, bahwa rakyat biasa juga bisa menjadi calon wali kota. Ini gejala perlawanan harus rakyat terhadap para peguasa dan elite," katanya.
Di sisi lain, Ujang juga mengakui sah-sah saja jika kemudian muncul opini pasangan Bagyo-Suparjo hanyalah pasangan boneka.
"Kesannya seperti itu. Bisa iya dan bisa juga tidak. Karena di banyak tempat dan di banyak kasus, calon boneka itu ada dan terjadi. Dalam kasus Solo, kenapa ada kesan calon boneka, karena Gibran memborong partai politik, sehingga tak ada lawan dari calon dari parpol," katanya.
Menurut Ujang, maju sebagai pasangan calon independen, sangat tidak mudah. Butuh banyak dukungan dari berbagai pihak.
Sementara Bagyo-Suparjo hanyalah pasangan penjahit dan ketua RW, yang tentu kemampuannya sangat terbatas.
"Untuk menjadi calon independen tak mudah, sehingga background tukang jahit dan ketua RW maju tanpa bantuan pihak tertentu, itu juga menjadi pertanyaan," pungkas Ujang.(gir/jpnn)
Majunya pasangan tukang jahit-ketua RW yang menjadi lawan Gibran Rakabuming-Teguh Prakowo di Pilkada Solo, merupakan wujud sindiran bagi penguasa.
Redaktur & Reporter : Ken Girsang
- Jadwal Putusan MK Perkara PHPU Pilpres 2024, Sebentar Lagi
- Kubu Prabowo Yakin Permohonan Pihak Anies & Ganjar Bakal Ditolak Hakim MK
- Survei TBRC: Elektabilitas Prabowo-Gibran 51,4 Persen, Pilpres Satu Putaran Makin Pasti
- Jumlah Massa Kampanye Akbar Anies dan Prabowo, Silakan Bandingkan, Jauh
- Ahok Mengaku Masih Waras jika Ingin Menyerang Jokowi
- Akademisi Sebut Putusan Etik DKPP Berpotensi Menimbulkan Kekacauan Hukum