Penjelasan Dokter Ari soal Dua Mitos seputar Daging Kambing

Penjelasan Dokter Ari soal Dua Mitos seputar Daging Kambing
Pedagang menawarkan kambing yang siap dijadikan kurban, di Pasar Pon. Foto: ZAKI JAZAI/RADAR TRENGGALEK/JPNN.com

“Ternyata hal ini pun tidak sepenuhnya benar. Memang testis kambing banyak mengandung testosteron yang dapat meningkatkan gairah seksual. Tetap sebenarnya peningkatan gairah seksual terjadi karena multifaktor dan tidak semata-mata berhubungan dengan makanan,” terangnya.

Daging kambing juga daging merah lain seperti daging sapi mengandung tinggi lemak. Lemak hewani biasanya mengandung lemak jenuh.

“Lemak jenuh ini banyak mengandung LDL lemak jahat yang bisa menumpuk pada dinding pembuluh darah kita,” ungkapnya.

Selain lemak, daging kambing juga mengandung protein hewani. Protein kita butuhkan untuk menggantikan sel-sel yang rusak dan sebagai zat pembangun.

“Daging kambing termasuk juga daging sapi yang akan menjadi santapan utama Hari Raya Kurban mengandung zat gizi yang memang kita butuhkan tetapi kalau jumlahnya berlebihan akan mengganggu kesehatan kita,” imbuhnya.

Dampak langsung akibat mengonsumsi daging kambing berlebihan adalah sembelit. Kalau kebetulan penyakit GERD, maka GERD-nya akan bertambah parah setelah menkonsumsi daging kambing berlebihan. Belum lagi efek jangka panjang berupa peningkatan kadar lemak dan kolesterol darah.

“Oleh karena itu hal penting yang harus diperhatikan buat suadara-saudara kita yang siap-siap mengosumsi daging kurban, silahkan mengosumsi daging kurban dan jangan berlebihan. Dan jangan lupa imbangi banyak makan buah dan sayur mengurangi efek samping dari makan daging berlebihan,” saran dokter Ari.

“Salam sehat, selamat makan daging kurban dan tetap sehat,” pungkasnya. (sam/jpnn)



Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News