Penyandang Difabel di Indonesia Masih Merasa Dianggap Beban Masyarakat

Penyandang Difabel di Indonesia Masih Merasa Dianggap Beban Masyarakat
Pengalaman berbeda yang dialami MH Thamrin dengan kursi roda di Surabaya (kiri) dan dalam perjalanan di luar negeri. (Foto: Supplied)

Laura juga pernah mewakili Indonesia di ASEAN Paragames Malaysia 2017 dan ASIAN Paragames 2018 yang membuatnya harus cuti kuliah selama beberapa bulan.

Sama seperti yang masih dirasakan banyak warga difabel di Indonesia, Laura merasa masyarakat masih memandang negatif kepada orang-orang seperti dirinya.

"Difabel dipandang sebagai beban masyarakat. Tidak hanya itu, saya juga sering dianggap sebagai 'orang sakit' karena saya menggunakan kursi roda," katanya.

Penyandang Difabel di Indonesia Masih Merasa Dianggap Beban Masyarakat Photo: Laura Dinda merasa masyarakat masih menganggap pengguna kursi roda sebagai 'orang sakit'. (Foto: Supplied)

 

Namun dalam kegiatan sehari-hari sebagai mahasiswa, Laura mengatakan dia merasa nyaman kuliah di Fakultas Psikologi UGM.

"Tenaga pendidik maupun dosen psikologi sangat terbuka dengan isu-isu disabilitas," ujarnya.

"Meski begitu, terdapat beberapa ruangan yang sulit diakses mengingat saya menggunakan kursi roda. Sehingga asisten praktikum terpaksa membawa peralatan praktikum ke kelas yang bisa saya akses."

"Hal ini kadang sering membuat saya merasa menyusahkan orang lain," tambahnya.

Memperingati Hari Difabel Internasional yang jatuh pada 3 Desember setiap tahunnya, ABC Indonesia berbicara dengan mereka yang hidup dengan disabilitas dan aktif di perguruan tinggi

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News