People Power di Mata Warga Jakarta Pasca Pengumuman KPU

People Power di Mata Warga Jakarta Pasca Pengumuman KPU
Penjagaan di depan gedung KPU, Jakarta. (ABC; David Lipson)

Bawono menekankan, istilah people power dalam politik ketatanegaraan biasa digunakan untuk meruntuhkan rezim yang berkuasa terlalu lama dan berwatak diktator atau sewenang-wenang.

Aksi itu terjadi karena jalan-jalan normal konstitusional untuk melakukan perubahan terhalang oleh kekuatan rezim diktator terutama melalui penggunaan kekuatan militer

"Merujuk hal di atas seruan people power dari sejumlah pihak pasca Pemilu 2019 ini dapat dikatakan sangat absurd karena alasan-alasan untuk melatarbelakangi people power seperti terjadi dalam kasus Marcos dan Soeharto tidak ada," jelasnya.

"Tentu terdapat kekurangan dari pemerintahan Jokowi selama menjalankan pemerintahan lima tahun ini tetapi belum tampak tendensi Ia menjalankan kekuasaan secara diktator dan sewenang-wenang sebagaimana dilakukan oleh Marcos dan Soeharto."

Karena itu, menurut peneliti senior ini, seruan people power terkait Pemilu 2019 tidak akan memperoleh dukungan luas publik dan tidak lebih dari sekedar manuver elit politik.

Ikuti berita-berita lain di situs ABC Indonesia.

Simak Video Pilihan Redaksi :


Wacana people power untuk tanggapi hasil Pemilu Indonesia 2019 santer terdengar sejak dilontarkan Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional, Amien Rais, akhir Maret lalu. Ancaman menduduki Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News