Peradilan Bisnis
Oleh: Dahlan Iskan
.jpeg)
Prinsip bisnis di sana: tidak dilarang berarti boleh. Kalau ada aturan yang bisa disiasati salahkan yang bikin aturan. Tidak boleh menyalahkan pengusaha. Kalau bisa hindari bayar pajak, hindari. Salahnya aturan pajak: mengapa masih ada lubang yang bisa dipakai menghindar.
Bisnis harus 'lihai' dalam membaca peraturan. Biasanya konsultan yang sangat ahli. Bayar mahal konsultan masih lebih murah daripada "pemborosan" akibat tidak pandai melihat lubang di peraturan.
Kian pintar melihat lubang, dialah yang kian hebat dalam bisnis. Trump termasuk papan atas di bidang ini.
Kali ini Trump bertemu jaksa yang punya prinsip hukum sendiri. Pun hakimnya. Maka bisa dibayangkan betapa kesal dan geram Trump.
Sidang ini akan berlangsung hampir tiap hari. Selasa keesokan harinya Trump juga datang ke pengadilan. Ia pun seperti pilih menjadikan pengadilan ini sebagai arena kampanye Pilpres yang baru.
Kekesalan Trump mungkin sama dengan para pimpinan BUMN yang dituduh korupsi hanya dengan alasan ''menguntungkan orang lain''. Biar pun tidak menguntungkan dirinya sendiri.
Maka sangat penarik mengikuti peradilan "bisnis" di New York ini. Ekonomi liberal Amerika diuji di pengadilan. (*)
Betapa padat kesibukan Donald Trump. Betapa banyak urusan. Kali ini ia dibuat hanya duduk. Sehari penuh. Itu saja pasti sudah kenjengkelkannya.
Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi
- MBG Rizhao
- Yakinlah, Ada Peluang untuk Indonesia di Balik Kebijakan Tarif Donald Trump
- Perkuat Bisnis Digital, Telkom Catat Pendapatan Konsolidasi Rp 36,6 Triliun di Awal 2025
- Dokter Konsumen
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Awal 2025 Bank Mandiri Tumbuh Sehat dan Berkelanjutan