Perajin Mogok Produksi selama 3 Hari, Tempe dan Tahu Bakal Langka

“Kami sengaja menumpuk drum dan kerei di lapangan sebagai bentuk protes atas kenaikan harga kedelai yang membuat kami tidak bisa produksi,” jelas Rasjani.
Aksi unjuk rasa ini diikuti oleh sekitar seratus perajin tempe dari berbagai wilayah di Depok dan sekitarnya, bahkan mereka menumpuk peralatan produksi dan membentangkan berbagai spanduk berisi protes atas kenaikan harga kedelai.
Di samping itu, berdasarkan data terakhir dari Kementerian Perdagangan, harga kedelai impor di Jakarta mencapai Rp 14 ribu per kilogram, sedangkan lokal mencapai Rp 13 ribu per kilogram.
Salah satu warga, Umi Kulsum mengaku kesulitan mendapatkan tempe atau pun tahu hari ini.
Di salah satu pasar di bilangan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, tempe dan tahu sulit ditemukan.
"Enggak ada yang dagang tempe, tahu juga enggak ada, yang dagang juga enggak menjual," ujar Umi saat dikonfirmasi JPNN.com.
Terkait mogok produksi tempe, Umi berharap pemerintah segera mendengar aspirasi perajin tempe.
Hal itu karena tempe dan tahu adalah salah satu sumber protein yang sangat dibutuhkan masyarakat.
Para perajin tempe dan tahu minta pemerintah turun tangan untuk mengendalikan harga kacang kedelai impor.
- Awal 2025 Bank Mandiri Tumbuh Sehat dan Berkelanjutan
- Safrizal ZA Sebut Rumah Layak Hunian Tingkatkan IPM dan Menggerakkan Ekonomi
- Pendiri CSIS Sebut Pemerintahan Prabowo Perlu Dinilai Berdasarkan Pencapaian Nyata
- Laba Meningkat Tajam, Strategi Bank Neo Commerce Berhasil
- Herman Deru Siapkan Bantuan Rp 50 Miliar untuk Pemerataan Pembangunan di Musi Rawas
- Tokoh Buruh Daerah Pilih Rayakan May Day 2025 Secara Damai