Perang Yaman: Tragedi Kemanusiaan yang Terlupakan

Perang Yaman: Tragedi Kemanusiaan yang Terlupakan
Kamp penampungan korban perang di Provinsi Hajjah, Yaman. Foto: The New YorkTimes

”Penahanan itu menunjukkan kekuasaan otoritas Houthi yang ingin membungkam para aktivis,” tegas Direktur Kampanye Amnesty International di Timur Tengah Samah Hadid.

Dia meminta Omeisy dibebaskan. Awal Desember pemberontak Houthi juga menyandera 41 jurnalis dan pekerja media di stasiun televisi Yemen Today.

Letak Yaman juga membuat peliputan kian sulit. Yaman hanya berbatasan dengan Saudi dan Oman. Pasukan koalisi dengan mudah mengisolasi penduduk lantaran Oman adalah sekutunya.

Mereka tidak bisa mengungsi keluar dari negaranya seperti halnya penduduk korban perang Syria. Penduduk Syria bisa lari ke Turki, Jordania, dan Lebanon untuk mencari bantuan dan menceritakan penderitaannya.

Tapi, tidak dengan penduduk Yaman. Tidak ada arus pengungsi besar-besaran ke negara lain. Dengan begitu, tidak ada negara yang merasa terganggu maupun memperhatikan.

Semua penderitaan penduduk seperti kelaparan, kekurangan perawatan medis, air bersih, kolera, dan berbagai hal lainnya tak meluber ke luar perbatasan.

Manuver diplomatik Saudi dan negara-negara sekutunya di Arab dan Barat juga membuat PBB dan berbagai negara berpengaruh di dunia tak terlalu menaruh perhatian pada perang di Yaman.

Tak ada sanksi maupun resolusi untuk perang Yaman. Kecaman-kecaman yang dilontarkan hanya sebatas kata-kata yang tidak akan membuat pergerakan pasukan koalisi berubah. Blokade masih terus dilakukan.

Tidak seperti perang Syiria atau penderitaan warga Gaza, tragedi kemanusiaan di Yaman seakan dilupakan dunia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News