Perangko Lelap

Oleh: Dahlan Iskan

Perangko Lelap
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

"Sendirian saja," jawab saya. Mereka sudah lelah mendampingi rombongan Bakkah.

Saya pun langsung ke masjid Al Haram seorang diri: tawaf –mengelilingi Kakbah tujuh kali.

Saya doakan si perangko. Juga anak-anak perangko. Cucu-cucu. Orang-orang terbaik. Sahabat-sahabat. Perusuh.

Lalu saya masih harus Sa'i: tujuh kali jalan kaki dari bukit Sofa ke bukit Marwa. Begitulah dulu istri Ibrahim (Abraham) bersusah payah bolak-balik mencarikan air untuk bayinyi –lalu tiba-tiba ada air Zamzam.

Pukul 00.30 Umrah selesai. Saya lihat perangko sudah tidur dengan pulasnya.(*)


Berita Selanjutnya:
Jagung Bakar

Untuk kembali ke Makkah saya siap mental dapat kursi pojok paling belakang tanpa jendela. Toh, saya masih membawa jendela 7-i ke mana-mana.


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News