Perempuan-perempuan Manis di Kapal Perang, Berjauhan dengan Keluarga dan Pacar

Perempuan-perempuan Manis di Kapal Perang, Berjauhan dengan Keluarga dan Pacar
UNIFORM LAYAR: Dari kiri, Yohanna Sunippy Siahaan, Kharismawati, Devi Endah Yunitasari, Putri Efsan Nendiana, dan Candra Ayu Susilowati. Foto: Suryo Eko Prasetyo/Jawa Pos

Sementara itu, Chandra sebagai Kowal paling senior di KRI Surabaya menyadari risiko prajurit perempuan berdinas di kapal. Mereka tentu punya waktu lebih sedikit berkumpul dengan keluarga. ”Sudah risiko saat berlayar pada akhir pekan pun libur hari Minggu dihabiskan di laut,” ucap arek Malang kelahiran 12 November 1990 itu.

Komandan KRI Surabaya Letkol Laut (P) Wawan Tri Satya Atmaja turut mendorong kemajuan karir Kowal di kapal yang dipimpinnya. ”Eksistensi bintara Kowal di KRI disiapkan pimpinan TNI sebelum taruni AAL yang lulus ditempatkan di kapal perang. Peran perwira Kowal kelak tidak lagi menjadi anak buah, melainkan sebagai ibu buah,” tutur pamen dua melati yang menjabat sejak 10 Februari 2015 itu.

Dia mengakui, keluwesan Kowal membuat suasana di dalam kapal perang terasa lebih teduh. ”Rasanya tetap berbeda di kapal markas yang ada Kowal dan yang tidak ada Kowal-nya,” ujar mantan Perwira Pelaksana (semacam wakil komandan) KRI Diponegoro tersebut. (*/c10/nda)

 


PARA perempuan manis ini ciut nyali. Di perairan NKRI, deburan ombak laut yang menerpa KRI Surabaya dianggap hal biasa. Mereka justru terlibat dalam


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News