Perjuangan Muhammad Hartono Mengakhiri Siksaan Penyakit Akalasia

Tak Ingin Kekurangan Gizi, Makan Malam Empat Kali

Perjuangan Muhammad Hartono Mengakhiri Siksaan Penyakit Akalasia
SUDAH SEHAT: Dokter Iwan Kristian (kiri) bersama Muhammad Hartono di RS Husada Utama Surabaya. Foto: Brianika Irawati/Jawa Pos

Hartono menjalani rawat inap di rumah sakit mulai 12 Desember, lalu menjalani operasi tiga hari kemudian. ’’Sebelum operasi, pasti takut. Apalagi saya dengar akalasia adalah penyakit langka. Tapi, saya terus berdoa agar diberi kelancaran dan kesembuhan,’’ ungkap bapak seorang anak itu.

Kini Hartono bisa tersenyum lega. Rasa sakit saat menelan makanan tidak ada lagi. Kendati begitu, dia masih harus rajin menjalani terapi pascaoperasi dan mengikuti saran dokter.

Menurut Iwan, berkat perkembangan teknologi di bidang kedokteran, endoskopi-laparoskopi terhadap pasien akalasia tidak memerlukan waktu berjam-jam lagi. Selain tidak perlu melalui pembedahan, pemulihan pascaoperasi lebih cepat jika dibandingkan dengan metode sebelumnya, pembedahan terbuka (open surgery).

’’Penyebab akalasia belum diketahui secara pasti. Hanya, pada penderita akalasia, otot sfingter yang biasanya membuka saat makanan masuk tiba-tiba tertutup,’’ terang lulusan spesialis bedah FK Unair Surabaya itu.

Penyakit tersebut menjadi momok bagi penderitanya karena langka. ’’Sejak 2004 sampai sekarang, saya baru menangani delapan kasus akalasia,’’ imbuh dokter 51 tahun tersebut.

Iwan menambahkan, setelah operasi, ada tahap pembiasaan makan bagi pasien. Meski saluran pencernaan makanan sudah diperbaiki, pasien dilarang langsung makan makanan yang kasar seperti nasi. Setelah operasi dinyatakan sukses, pasien baru boleh makan makanan yang halus seperti bubur sari atau bubur halus.

Kalau tidak ada kendala dengan bubur sari, pasien boleh makan bubur nasi. Selanjutnya, tahap terakhir adalah makan nasi. ’’Tahap itu harus dimonitor terus. Harus dipastikan pasien tidak mengalami kesulitan saat makan makanan tahap demi tahap,’’ tegas alumnus FK UGM Jogjakarta tersebut.

Hal itu ditujukan untuk memperkecil peluang risiko buruk pascaoperasi. Misalnya, otot sfingter dapat menutup kembali. Iwan pernah menemui kasus pasien yang tidak menaati tahap demi tahap proses pemulihan itu. Seorang pasien yang baru pulang operasi di Malaysia mengalami kebocoran pada saluran makannya.

Pasien akalasia, kelainan dalam organ pencernaan, kini bisa bernapas lega. Teknologi kedokteran mutakhir mampu mengatasi penyakit langka itu dengan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News