Perlindungan Kelompok Rentan, Desa Inklusif Dimulai Tahun Ini

Perlindungan Kelompok Rentan, Desa Inklusif Dimulai Tahun Ini
Peserta webinar Desa Inklusif. Foto: Humas Kemendes PDTT

“Penggalian nilai-nilai tradisi sangat penting untuk mengembalikan semangat bela rasa sosial,” kata Bito.

Bito menambahkan, siasat bela rasa ini diadopsi dari Program Peduli yang telah berhasil memfasilitasi lahirnya Desa-desa inklusif.

Andi Wahyuli, Kepala Desa Mallari, Kabupaten Bone Sulawesi Selatan mengatakan bahwa penerapan inklusi dimulai dari pendataan.

Ia mendatangi satu-persatu keluarga memastikan bahwa semua warga telah terdata. Andi Wahyuli kemudian mengundang kelompok rentan hadir dalam pertemuan, mengidentifikasi kebutuhan dan hak yang harus diterima sebagaimana warga lainnya.

Andi Wahyuli juga mengalokasikan dana khusus untuk pelayanan yang inklusif misalnya dengan merenovasi fasilitas umum menjadi aksesibel, program pelatihan bagi kelompok difabel, menyediakan lapangan pekerjaan, dan lain-lain.

“Ada warga kami, difabel, yang ketika kami didatangi dulu lari ketakukan, sekarang berhasil menjadi kader kesehatan”, kata Andi Wahyuli bangga.

Sementara itu Sosiolog UGM, Arie Sujito mengingatkan bahwa sesungguhnya kita tak perlu cemas karena masih banyak praktek solidaritas yang bertahan di desa.

Masyarakat harus belajar dari praktek solidaritas tersebut untuk membangun karakter bangsa yang inklusif, membawa pesan keadilan, kesetaraan dan kemartabatan semua warga.

Kemendes PDTT akan memulai program Desa Inklusif tahun ini untuk memberikan perlindungan kelompok rentan dan marjinal.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News