Perpaduan Keeksotisan Alam dan Situs Sejarah Kenabian

Perpaduan Keeksotisan Alam dan Situs Sejarah Kenabian
Foto: M. SHOLAHUDDIN/Jawa Pos

"Lebih sial lagi diproses. Sopir atau orang yang mendampingi khawatir kena sanksi karena dianggap mengajak pendatang tanpa visa turis alias ilegal. Karena itu, saat musim haji atau umrah, hampir tidak ada yang berani mengantar para jamaah ke sini (Taif) kalau tidak ada surat," ungkapnya.

Begitu kendaraan mendekati area checkpoint, kami bertambah cemas. Area checkpoint ditandai dengan bangunan seperti reklame bando. Namun, terbuat dari bebatuan sederhana dengan ornamen apik. Sungguh beruntung, saat itu tidak ada pemeriksaan petugas. Kendaraan pun terus melaju.

Keindahan Taif tergambar sejak dari checkpoint tersebut. Tepatnya, menjelang perbukitan Al Hada. Melempar pandang ke kiri dan ke kanan, jalannya meliuk-liuk. Turun-naik melintasi perbukitan cadas. Jalanan bak kelokan ular. Setidaknya ada 93 kelokan tajam di bukit dengan ketinggan 6 ribu kaki atau 1.800 meter di atas permukaan laut tersebut. Papan peringatan bertulisan bahasa Arab dan Inggris bertebaran di banyak titik. Ada juga tulisan pengingat yang berbunyi: Masya Allah dan Subhanallah.

Pendar cahaya lampu penerangan jalan semakin membuat area itu eksotis dan berwarna. Hawa sejuk dan semilir angin menyelinap dari sela-sela kaca jendela kendaraan. AC kendaraan pun dimatikan. Rasanya teramat sayang kalau mata sampai berkedip. Apalagi terpejam. "Kalau hujan deras biasanya jalanan Al Hada ini ditutup. Khawatir ada musibah longsor. Dulu pernah tutup beberapa hari sehingga penduduk setempat tidak bisa keluar," jelas Hakim.

Panaroma perbukitan cadas Al Hada menggugah selera untuk tidak memacu kendaraan dan terburu-buru melanjutkan perjalanan. Namun, tentu kendaraan tidak bisa berhenti seenaknya. Pihak setempat mempersiapkan rest area bagi pengunjung yang ingin berfoto dengan latar belakang lembah atau perbukitan nan elok itu. Rest area tersebut berada di sejumlah sisi jalan perbukitan Al Hada.

Sayang, keindahan bebatuan yang tersusun bak patung itu dinodai aksi corat-coret tangan manusia. Ada coretan dari warga Indonesia. Hal tersebut bisa dengan mudah dilihat dari nama dan tempat asal yang tergores di bebatuan.

Di tempat itu pengunjung dengan mudah menjumpai sekumpulan kera liar yang bercengkerama di atas bebatuan gundul. "Awas, nggak usah keluar. Kalau mau memotret dari dalam mobil saja," ujar Hakim.

Sebagai pemasok sayuran dan buah-buahan terbesar di Jazirah Arab, Al Hada mempunyai pasar buah dan hasil bumi produksi Taif. Mulai jeruk, zaitun, aprikot, anggur, hingga rumman (delima) yang ranum memerah. "Buah yang populer dan digemari di sini adalah rumman. Rasanya manis dan ukurannya besar-besar. Tidak seperti di Indonesia," katanya.

TAIF adalah salah satu daerah di Jazirah Arab yang menyimpan catatan sejarah penting peradaban umat muslim selain Makkah dan Madinah. Seiring berjalannya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News