Pesantren Al Hidayah, Mengikis Dendam Anak Para Teroris

Pesantren Al Hidayah, Mengikis Dendam Anak Para Teroris
Khairul Ghazali, Pimpinan Pondok Pesantren Al Hidayah Deli Serdang memberikan arahan kepada para santri yang merupakan anak mantan teroris pada Senin (21/5/2018). FOTO: KHAFIDLUL ULUM/JAWAPOS

Selanjutnya, Gazali pun membawa anak-anak mantan teroris tinggal di pesantren kecil tersebut. Ada 10 anak yang menjadi santri. Mereka berasal dari berbagai daerah di Sumatera Utara. Yang paling banyak dari Medan.

Masuk 2017, dia membangun asrama lagi. Santri pun bertambah menjadi 20 orang sampai sekarang. Tapi, kemudian muncul penolakan dari sebagian warga.

Papan nama pesantren dua kali dirusak orang. Mereka menganggap pesantren tersebut akan dijadikan sarang teroris. Gazali pun melaporkan kejadian itu ke polisi.

Akhirnya, polisi memberikan pemahaman kepada masyarakat. Bahwa yang akan dilakukan di pondok tersebut justru program deradikalisasi.

***

Pesan itu berkali-kali ditekankan Gazali kepada saya sebelum mengisi kelas. ’’Tolong, jangan ditanyakan tentang orang tua mereka. Apalagi tanya bagaimana ayah mereka meninggal,’’ katanya.

Dia terus mewanti-wanti itu karena selain tak sejalan dengan semangat deradikalisasi, juga berdasar pengalaman tak mengenakkan. Suatu waktu, tutur dia, pernah seorang jurnalis datang ke Pesantren Al Hidayah bersama rombongan pejabat.

Wartawan itu menemui seorang santri dan langsung bertanya tentang nama orang tua dan seperti apa sepak terjang mereka selama menjadi teroris. Dan yang paling mengoyak jiwa anak-anak adalah ketika si wartawan itu bertanya bagaimana orang tua mereka meninggal.

Pesantren Al Hidayah, tempat anak-anak pelaku tindak terorisme diajari deradikalisasi, mengikis dendam dan rasa benci.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News