Peserta WHV Asal Indonesia Merasa Kerja di Australia Utara Tak Sesuai Harapan
"Contohnya tempat makan hanya buka pada jam makan siang atau makan malam," ujarnya kepada Sastra Wijaya, wartawan ABC Indonesia.
Sejak tiba di Darwin, Kosta mengaku butuh waktu beberapa minggu untuk bisa mendapatkan pekerjaan, hal yang menurutnya juga dirasakan teman-temannya.
"Ada seorang teman yang sudah sebulan tidak mendapatkan pekerjaan di sini dan akhirnya sekarang dia memutuskan pindah ke negara bagian lain," kata Kosta.
Menurutnya sejak perbatasan Australia dibuka dan peserta WHV mulai berdatangan, persaingan di kalangan pemegang WHV untuk mendapatkan pekerjaan memang lebih tinggi.
"Saya menemukan banyak backpacker atau pun WHV yang datang ke Darwin untuk bekerja atau pun mencari visa WHV untuk tahun kedua," katanya.
"Beberapa dari mereka sangat terampil dan mereka sudah bekerja dari umur yang sangat muda."
"Hal ini meningkatkan persaingan yang lebih sulit, karena mereka sudah memiliki kemampuan dan juga pengalaman yang cukup untuk bekerja di bidang hospitality."
Namun sejauh ini Kosta berharap ia akan bisa bertahan di Darwin dan mendapatkan cukup pekerjaan sepanjang masa berlaku visa-nya.
Mencari kerja di sejumlah daerah di Australia menjadi tidak mudah, karena persaingan yang meningkat akibat pekerja asing yang membanjiri sejumlah industri Inilah pengalaman anak-anak muda yang sedang berlibur sambil kerja di Australia
- Dunia Hari Ini: Presiden Iran Tewas dalam Kecelakaan Helikopter
- Di Balik Gagasan Penerbit Indie yang Semakin Berkembang di Indonesia
- Dunia Hari Ini: 26 Tahun Hilang, Pria Aljazair Ini Ditemukan di Ruang Bawah Tanah Tetangga
- Barang Milik Pekerja Migran Indonesia Tertahan, Wakil Ketua Komisi XI DPR Fathan Subchi Merespons
- Dunia Hari Ini: PM Slovakia Ditembak Sebagai Upaya Pembunuhan Bermuatan Politik
- Ramai-Ramai Tolak RUU Penyiaran: Makin Dilarang, Makin Berkarya