Pesta Cokrik, Empat Tewas

Pesta Cokrik, Empat Tewas
Pesta Cokrik, Empat Tewas

jpnn.com - SURABAYA - Menggelar pesta minuman keras yang harganya sangat murah memang beresiko. Meskipun "enteng" dari sisi dompet, nyawa bisa jadi taruhannya. Contohnya, empat warga Jalan Pakis Wetan, Kecamatan Sawahan, Surabaya, tewas bergantian karena pesta cokrik (tuak). Sejak Senin dini hari (16/9) hingga kemarin sore (18/9), empat orang yang masih tetangga itu ambruk dan bergantian mengembuskan napas terakhir.

Empat orang tersebut adalah Martoyo, 52, warga Jalan Pakis Wetan Gang 5; Sholeh, 30, warga Jalan Pakis Wetan Gang 3; Wawan, 32, warga Jalan Pakis Wetan Gang 7; dan Wachid, 35, warga Jalan Pakis Wetan Gang 8. Mereka tewas setelah menenggak cokrik yang dibeli dari Ismail, 51, warga Jalan Pakis Wetan Gang 5.

Ismail kemarin diperiksa di Polsek Sawahan. Dia mengaku mendapatkan minuman keras tersebut dari seseorang bernama Budi, warga asal Bojonegoro. Ismail berjualan arak itu selama satu tahun belakangan. Sebelumnya, kata dia, tidak pernah ada masalah dengan minuman keras yang dia jual tersebut. "Cokrik tersebut datang dari Bojonegoro pada Jumat (13/9). Ada sepuluh kardus yang waktu itu saya beli," katanya di Mapolsek Sawahan kemarin petang.

Minuman tersebut dikemas dengan botol air mineral ukuran 1,5 liter. Setiap botol dijual seharga Rp 30.000.

Menurut dia, arak yang dia jual kali ini memang agak berbeda daripada sebelumnya. Baunya tercium lebih keras. "Arak tersebut tetap saya beli dari orang yang sama. Pabrik pengolah minuman tersebut memang sempat berhenti produksi selama dua hari. Setelah itu, berproduksi kembali sehingga saya mendapat kiriman baru."

Empat orang tersebut meninggal dalam waktu tidak bersamaan. Sebab, mereka minum cokrik pa­da tiga kesempatan berbeda. Martoyo meminum arak sendirian di rumah, sedangkan Sholeh meminum arak bersama dua temannya, Antok dan Alex. Sementara itu, Wawan dan Wachid meninggal seusai pesta miras bersama lima teman lainnya. (zuk/mas/c6/nw)

 


SURABAYA - Menggelar pesta minuman keras yang harganya sangat murah memang beresiko. Meskipun "enteng" dari sisi dompet, nyawa bisa jadi


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News