Peta Baru yang Pengaruhi Hubungan Dua Suku

Peta Baru yang Pengaruhi Hubungan Dua Suku
Peta Baru yang Pengaruhi Hubungan Dua Suku

Sejak AS menemukan shale gas (gas dari celah bebatuan) beberapa tahun lalu, kini ekonominya tumbuh sangat bagus. Sumber energinya sangat murah. Ketika Tiongkok, Jepang, dan Eropa harus membeli gas dengan harga paling rendah 9 dolar/mmbtu, harga gas di AS hanya 3 dolar/mmbtu. Hanya sepertiganya.

Praktis AS tidak perlu Saudi lagi. Bahkan, kini AS bisa-bisa melihat Saudi sebagai penghambat utama demokratisasi dunia. Sistem kerajaannya yang tidak demokratis, sistem sosialnya yang sangat menghambat peran perempuan, dan network-nya dengan kelompok-kelompok radikal bisa jadi membuat AS akan sangat kritis terhadap Saudi.

Selama ini AS dikecam sebagai penganut standar ganda. Pejuang demokrasi, tapi melindungi Saudi yang tidak demokratis. Semua itu dilakukan AS semata-mata demi mendapat minyak dari Saudi. Kini, setelah AS tidak membutuhkan minyak Saudi lagi, ke depan peta itu bisa berubah total.

Apakah menjauhnya AS dari Saudi sambil mendekatkan diri ke Iran itu akan menimbulkan ketegangan internal di kawasan tersebut? Antara blok Arab yang beraliran Sunni dan blok Iran/Parsi yang beraliran Syiah. Atau ketegangan hanya akan lebih mencekam di internal masing-masing negara Arab? Terutama akibat tuntutan demokratisasi dari dalam negeri masing-masing.

Kalau saja kelak terjadi demokratisasi di negara-negara kerajaan itu, siapa yang akan jadi pemenang pemilu di Bahrain dan Arab Saudi? Belum tentu kelompok Sunni dan Wahabi yang menang. Bisa jadi akan seperti Iraq sekarang.

Bagi kita di Indonesia, sebenarnya semua itu urusan politik. Bukan urusan agama. Tapi, mau tidak mau Islam terbawa-bawa. Apalagi kalau sampai membawa-bawa Sunni dan Syiah sebagai kemasan pertentangan.

Islam pernah mengalami kemajuan ilmu pengetahuan luar biasa. Melebihi dunia Barat. Yakni di saat pemerintahan Abbasiyah di wilayah yang sekarang disebut Baghdad. Itu tahun 1300-an. Di saat rajanya mengatakan ”setetes tinta untuk ilmu lebih mulia daripada setetes darah untuk perang”. Saat itu terjadi kerja sama yang sangat erat antara suku Arab yang Sunni dan suku Persia yang Syiah. Tidak ada situasi saling menjelekkan, saling mengafirkan, dan saling menyerang.

Abbasiyah memang belajar banyak dari keruntuhan kerajaan Islam yang amat kuat sebelumnya: Umayyah. Yang beribu kota di Damaskus (Syria) saat ini. Pada zaman inilah Islam berkembang sampai ke Andalusia (Spanyol). Dan juga sampai Persia dan India. Artinya, banyak wilayah non-Arab yang menjadi Islam.

PETA Timur Tengah kelihatannya akan berubah total. Bisa lebih damai? Atau akan lebih kisruh? Masih harus kita lihat perkembangannya. Yang jelas,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News