PGA LIV
Oleh: Dahlan Iskan
.jpeg)
"Uang telah membuat sisi sportivitas olahraga diabaikan," tambahnya. "Uang. Uang. Uang," tegasnya.
Saya pernah berhasil mengajak Robert pergi ke mana saja. Berdua. Kadang dengan istri kami masing-masing. Tetapi saya gagal memintanya menulis perpecahan ini –saking cintanya pada golf.
Mungkin itu pembalasan. Ia tidak pernah berhasil mengajak, merayu, dan mengintimidasi saya untuk main golf.
Ke mana pun pergi ia selalu membawa majalah golf. Edisi terbaru. Kadang tertinggal di kamar saya –seperti sengaja ditinggal. Keesokan harinya ia seperti mengetes saya. Ia ingin tahu apakah saya membuka majalah itu. Siapa tahu saya mulai tertarik salah satu artikelnya.
Ia kecewa. Pertanyaannya tidak ada yang bisa saya jawab.
Saya tahu: tidak ada gunanya saya membaca majalah itu. Ia pasti akan bercerita panjang mengenai isi bacaannya itu. Ia tidak peduli: saya tertarik atau tidak. Ia terus bercerita.
Lama-lama, secara tidak sadar, saya hafal nama-nama pemain golf terkemuka. Saya juga hafal nama-nama lapangan golf hebat di dunia.
Beberapa cerita mengenai lokasi itu membuat saya penasaran. Saya sampai mampir ke lapangan golf Augusta di Georgia, Amerika Serikat.
Semestinya saya bisa minta Prof Komaruddin Hidayat untuk menuliskannya. Biar Robert Lai tahu bukan hanya dia yang gila golf.
- Hadirkan Pemain Timnas U-17 Indonesia Algazani di Sobat FC, Udi Wahyunadi: Kami Ingin Anak-anak Mendapat Inspirasi
- Berulah di Medsos, Donald Trump Pamer Fotonya Berpose ala Paus Vatikan
- Aamiiin KAI
- Semifinal Liga Champions: Havertz & Jorginho Berpeluang Memperkuat Arsenal Hadapi PSG
- MBG Rizhao
- Yakinlah, Ada Peluang untuk Indonesia di Balik Kebijakan Tarif Donald Trump