Pisang Tak Laku, Ibu Ini Begadang Sampai Malam

Hidup sebatang kara, Anak meninggal, suami pergi

Pisang Tak Laku, Ibu Ini Begadang Sampai Malam
Demi mempertahankan hidup, Ibu ini menjajakan pisang hingga larut malam. FOTO: Lombok Post/JPNN.com

Melihat banyaknya buah pisang di kebun tetangganya di Karang Anyar, ia pun memutuskan untuk berjualan pisang.  Ia berjualan mulai dari sehabis salat Isya hingga pukul 11 malam. Bahkan jika jualannya tidak laku, ia memilih begadang.

Meski beberapa hari ini hujan dan angin kencang kerap turun, tak merubah tekad Inaq Asiah untuk tetap berjualan. Ia percaya jika rezeki telah diatur Sang Pencipta.

Selain itu, ia menawarkan pisang yang berbeda dibandingkan pisang di pasar. Buah pisang yang dijualnya masak secara alami tanpa karbit. Jadi, rasa matangnya benar-benar lezat.

“Saya cuma diamkan pisang tersebut dalam karung. Tidak seperti penjual lainnya yang memakai karbit,” akunya.

Dengan mata berkaca-kaca, Asiah menuturkan alasannya berjualan di pinggir jalan raya. Ia mengatakan jika ia tidak mungkin berjualan di pasar. Butuh modal besar untuk menyewa dan mengisi lapak di pasar. Sementara ia tidak memiliki uang banyak.

Selain itu, saingan di pasar juga cukup banyak. Penjual pisang dan sapu sangat banyak di seluruh pasar. Sangat sulit baginya untuk berrsaing dengan mereka.

Ia mengaku, mulai jualan pisang dengan modal Rp 600 ribu. Dari uang tersebut ia mendapatkan delapan tandan pisang, yang kemudian ia simpan dalam karung selama dua hari.

Setelah dua hari, pisang kemudian dilepas dari tandannya. Kemudian dibawa menuju Jalan Sriwijaya untuk dijual. Setelah pisang tersebut habis terjual, ia kemudian membeli pisang baru lagi untuk disimpan hingga matang.

Hidup di kota besar tidaklah mudah. Untuk bertahan butuh perjuangan keras dan kegigihan. Terlebih lagi bagi seorang wanita tua seperti Inaq Asiah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News