PKD Sulsel: Pemerintah Tampaknya Enggan Merayakan Hari Anak Nasional di Luwu Utara

PKD Sulsel: Pemerintah Tampaknya Enggan Merayakan Hari Anak Nasional di Luwu Utara
Suasana posko darurat bencana banjir bandang dan tanah longsor. Foto: dok pri untuk jpnn

"Mungkin saja mereka mengharapakan ada terselip mainan di antara tumpukan barang sebagai teman penghibur untuk sejenak melupakan kesedihan di tengah bencana," kata dia.

Dalam tahap penanggulangan bencana, Imam yang merupakan anggota Mapalasta ini mengingatkan pentingnya healing trauma akibat bencana tersebut.

Sementara pemerintah saat ini, lanjut dia, abai terhadap trauma anak yang bisa berdampak bagi masa depan bangsa.

"Uluran tangan dari pemerintah menjadi kunci masa depan anak-anak pengungsi di Luwu Utara. Bukankah ada lembaga khusus pemerintah yang menaungi masalah perlindungan anak?" kata Imam menanyakan peran pemerintah.

Imam bahkan menilai bantuan sekecil apa pun dari pemerintah atau masyarakat lainnya juga bisa membuat perbedaan bagi anak-anak terdampak bencana ini.

BACA JUGA: Ketua Fraksi NasDem Sumut dr Tuahman Purba Positif Terjangkiti COVID-19

"Selamat Hari Anak Nasional 2020, mungkin dengan sumbangan sebuah boneka dan bola bekas saja bagi anak-anak pengungsi korban banjir di Luwu Utara sudah cukup memberikan secerca harapan dan senyuman bahwa masih ada yang peduli terhadap kondisi mereka yang masih berjuang di tengah kepedihan," kata Todak. (tan/jpnn)

Pusat Koordinasi Daerah (PKD) Mapala Sulawesi Selatan menilai pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tampaknya enggan merayakan Hari Anak Nasional 2020 di Luwu Utara.


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News