PLN Lebih Baik Fokus Garap Transmisi

PLN Lebih Baik Fokus Garap Transmisi
Foto/ilustrasi: dokumen Jawa Pos

“Mengapa memaksakan diri masuk ke sektor yang kompetensinya rendah?’’ katanya.

Apakah itu berarti PLN harus pensiun dalam usaha pembangkitan listrik? Menurutnya, bisnis PLN sebagai power producer bisa dipisahkan dengan menjadikan kelompok unit bisnis tersendiri. ’’Misalnya, lewat anak perusahaan atau bentuk lain,’’ terangnya.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Serfvices Reform (IESR) Fabby Tumiwa membenarkan, pembangunan transmisi perlu perhatian khusus karena tidak mudah. Terutama, soal pembebasan lahan yang selama ini kerap menjadi masalah proyek listrik.

Kalau pembangunan transmisi terlambat, PLN dan masyarakat sama-sama rugi. ’’Idealnya, transmisi harus bersamaan dengan ketersediaan pembangkit,’’ tuturnya.

Rencana akuisisi itu seakan jalan di tempat meski pembahasan di Kementerian BUMN masih berjalan. Namun, rencana PLN untuk lebih dalam di bisnis panas bumi tidak berjalan mulus. Setidaknya, itu terlihat dari keputusan perseroan untuk mundur dari lelang aset panas bumi milik Chevron.

Untuk Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Darajat dan Gunung Salak milik Chevron Geothermal Indonesia dan Chevron Geothermal Salak, PLN tidak juga mengajukan penawaran. Direktur Perencanaan PLN Nicke Widyawati menyebut penyelenggara lelang tidak memberikan laporan keuangan teraudit dari dua WKP itu. ’’Kami tidak jadi mengirimkan penawaran,’’ katanya.

 Proses penawaran sendiri, berakhir pada 31 Oktober 2016. Nicke membantah kalau mundurnya PLN karena lelang bernilai USD 3 miliar atau sekitar Rp 39 triliun itu membebani keuangan perseroan.(dim)


JAKARTA – Tugas PLN untuk mendistribusikan listrik ke seluruh Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah (PR) yang berat. Apalagi, realisasi pembangkit


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News