Prancis Dibenci Bekas Jajahan, Presiden Macron Sewot
jpnn.com, PARIS - Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Selasa mengatakan bahwa dirinya berharap ketegangan diplomatik dengan Aljazair mereda.
"Harapan saya adalah bahwa kita dapat menenangkan diri sebab saya rasa lebih baik untuk berbicara satu sama lain, dan membuahkan hasil," kata Macron saat wawancara dengan saluran radio publik France Inter.
Presiden juga menuturkan bahwa dirinya memiliki hubungan "yang sangat tulus" dengan presiden Aljazair.
Pada Sabtu (2/10) Aljazair memanggil duta besarnya di Prancis untuk berkonsultasi terkait pernyataan kontroversial Macron yang dimuat di surat kabar Le Monde.
Dalam artikel itu, Macron disebutkan mengatakan bahwa penguasa Aljazair menulis ulang sejarah kolonisasi mereka berdasarkan "kebencian terhadap Prancis."
Keesokan harinya, Aljazair menutup wilayah udara mereka untuk pesawat militer Prancis, menurut pengakuan militer Prancis.
Ketegangan antara kedua negara mencapai puncaknya pekan lalu ketika Prancis mengumumkan akan mengurangi jumlah visa yang dikeluarkan untuk warga negara-negara Afrika Utara.
Pengumuman tersebut menuai protes resmi dari Aljazair. (ant/dil/jpnn)
Pernyataan Presiden Emmanuel Macron tentang Aljazair memicu ketegangan diplomatik antara Prancis dengan bekas jajahannya tersebut
- Tampang Pelaku Perampokan Terhadap Wisatawan Asal Prancis di Karo
- Prancis Siaga Maksimal Setelah 137 Orang Dibantai Teroris di Rusia
- Prancis Bergolak, Presiden Macron Terancam Dimakzulkan Gegara Bela Ukraina
- Peneliti di Prancis Anggap Gibran Keliru soal Greenflation & Rompi Kuning, Ini Ulasannya
- Dunia Hari Ini: Prancis Punya Perdana Menteri Gay untuk Pertama Kalinya
- Tiga Mahasiswa Pesan Ganja dari Prancis