Presiden Bongbong

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Presiden Bongbong
Ferdinand Marcos Jr. Foto: Ted ALJIBE / AFP

Ninoy menjadi politikus yang dengan gagah berani menentang otoritarianisme Marcos. Ninoy yang lahir dari keluarga tuan tanah kaya raya rela membagi-bagikan tanahnya untuk para petani miskin yang menjadi korban salah urus oleh rezim Marcos.

Ninoy pun makin populer dan pendukungnya kian meluas. Namun, Marcos tidak senang dengan kiprah Ninoy dan memenjarakannya atas dasar tuduhan subversi.

Pada 1980, Ninoy diizinkan berangkat ke Amerika untuk mengobati jantungnya yang sakit. Selanjutnya, dia tinggal di Amerika sebagai warga eksil.

Namun, Ninoy tetap menyuarakan perlawanan terhadap Marcos dari tempat pengasingan. Pada 1983, Ninoy memutuskan kembali ke Filipina untuk memimpin pelawanan langsung terhadap Marcos.

Sebenarnya teman-teman Ninoy sudah mengingatkannya akan bahaya yang bakal mengadangnya. Memang Marcos tidak akan segan-segan membunuh Ninoy begitu tiba di Filipina.

Namun, Ninoy bersikeras untuk tetap pulang. Benar saja. Begitu tiba di Bandara Manila, Ninoy dijemput oleh beberapa tentara.

Ketika Ninoy menuruni tangga pesawat, tiba-tiba terdengar letusan senjata beberapa kali. Ninoy tersungkur bermandikan darah dan tewas seketika di atas tarmak.

Marcos mengeklaim pembunuh Ninoy adalah aktivis komunis yang langsung ditembak mati oleh tentara di tempat kejadian perkara. Tentu saja rakyat tidak percaya dengan klaim Marcos.

Kematian Ninoy justru menyulut gerakan rakyat yang meluas. Popularitas Ninoy yang sangat tinggi dan pembunuhannya yang brutal membuat rakyat kehilangan rasa takutnya.

Bongbong adalah putra mantan Presiden Filipina Ferdinand Marcos (1917-1989) yang dikenal sebagai diktator selama kekuasannya yang berlangsung 21 tahun.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News