Pria Aborigin Tertua di Australia Stephen Steward, Telah Menjalani Hidup yang

"Peternakan memberi kami setengah kantong tepung untuk bertahan hidup. Kami membawa bumerang dan tombak," ujarnya.
Tempat upacara yang dahulu sering dikunjungi Stephen kini sudah tidak ada lagi. Karena telah berubah menjadi lahan pertambangan.
"Orang kulit putih dengan dinamit menghancurkan tempat itu. Sudah terlambat untuk menyelamatkannya," katanya.
Selama 50 tahun terakhir Stephen sudah menganggap Yandeyarra Mugarinya sebagai kampung halamannya.
Namun, dia menghabiskan empat bulan dalam setahun untuk mengajar pengetahuan tradisionalnya kepada generasi muda.
Setiap tahun dia melakukan perjalanan lebih dari 3.000 km dari Bellary Springs ke Warralong, Roebourne, Bidyadanga dan Wiluna.
Ia mengaku tidak punya rencana untuk berhenti.
"Kita hanya harus tetap sibuk dan membuat diri kita bahagia," katanya.
Stephen Stewart telah melewati segala rintangan untuk menjaga budaya Aborigin tetap hidup selama lebih dari satu abad usianya
- Industri Alas Kaki Indonesia Punya Potensi Besar, Kenapa Rawan PHK?
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Korea Selatan dan Australia Ramaikan Semarang Night Carnival 2025
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan