Problem Minoritas di Indonesia Tak Hanya Berhenti di Etnis Tionghoa

Problem Minoritas di Indonesia Tak Hanya Berhenti di Etnis Tionghoa
Problem Minoritas di Indonesia Tak Hanya Berhenti di Etnis Tionghoa
Problem Minoritas di Indonesia Tak Hanya Berhenti di Etnis Tionghoa Photo: Komang mengaku pertama menerima perisakan atau bullying saat duduk di bangku sekolah dasar. (Supplied)

Perempuan mantan jurnalis ini masih mengalami perisakan terhadap identitasnya hingga baru-baru ini.

"Waktu itu saya pulang naik taksi ke rumah. Pas lagi bayar di pintu tol, taksi saya dihantam sebuah mobil, yang ternyata dikemudikan ibu-ibu."

"Setelah itu saya ikut turun sama sopir taksi untuk minta pertanggungjawaban si penabrak."

Terdorong rasa iba, ia berusaha menjadi penengah di antara penabrak dan sopir, yang keberatan atas jumlah uang ganti rugi.

"Eh si ibu-ibu malah ngamuk dan bilang ke saya 'dasar Cina...sudah sana duduk diam di dalam taksi, ngapain ikut campur?. Kere cuma bisanya naik taksi, minta-minta saya ganti rugi ke supir taksi ini. Sudah Cina diem aja!'," kisah Komang.

Dalam Contentious Belonging yang baru saja diluncurkan di Jakarta pekan lalu, sentimen negatif yang dialami Komang disebut bersumber dari kebencian zaman kolonialisme yang dibawa hingga masa kini.

Bahkan hingga kasus Ahok, mantan Gubernur DKI Jakarta.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News